Jatuh Cinta,
(v) Sebuah proses penerimaan terhadap perasaan asing.
Serabi tersenyum sejak tadi. Milo yang baru saja mengerjakan PR mendadak ogah bertemu Serabi. Serabi mampir ke rumahnya, lalu memasang wajah mencurigakan. Milo menatapnya ogah berkali-kali.
"Nggak mau pulang, Ser?"
"Panggil yang bener!"
"Nggak mau balik?"
"Kok lo ngusir?"
"Peka, ya? Syukur, deh!"
"Idih!"
"Jadi, nggak mau balik?"
"Gue masih pengen di sini."
"Kenapa? Kamu di sini nggak ada gunanya, nggak bisa bantuin ngerjain PR!"
Serabi menjitak kepala Milo gemes. Anak ini omongannya menyebalkan, namun entah kenapa banyak sekali yang senang berteman dengannya. Serabi juga tahu kisah cintanya. Kisah tabu yang selalu dia banggakan tanpa tahu malu. Serabi benar-benar yakin kalau dalam otak Milo ada yang salah.
"Gue pengen nanya sama lo."
"Boleh. Harga sepupu. Satu pertanyaan serebuan."
"Murah amat!"
"Soalnya aku tahu kamu bakalan nanya banyak."
Serabi tidak tahan lagi. Dia merebahkan diri di atas kasur Milo dan menghela napas. Ada banyak pikiran yang mengganggu otaknya, namun yang paling membuatnya bingung adalah respon Milo selama ini tentang kisah cintanya.
"Jadi... kenapa lo masih tegar meskipun banyak orang yang menghujat lo?"
"Soal Kalka?"
"Iya, lah! Selain mulut lo yang kurang ajar itu, kisah cinta lo juga sering dinyinyirin."
"Idih, up to date banget soal gosip-gosip! Aku nggak nyangka kalau kamu segitu perhatiannya sama gosip-gosip! Mau jadi Serabi Turah?"
"Woi!"
"Aku cukup realistis."
"Soal?"
"Selama mereka nggak menyakiti Kalka, aku nggak akan bergerak. Banyak orang yang mengira itu cuma bercanda, sebagian lagi mengira itu kenyataan. Kabar angin soal hubungan kayak gitu nggak bakalan tahan lama. Paling nggak, sebulan udah lupa mereka!"
"Iya juga! Sekarang yang lagi panas ya gara-gara debat OSIS pas itu."
"Kamu terkenal bareng Mas Ge!"
"Sekarang dia kabur."
"Lalu pertanyaan kedua apa?"
"Lo tahu, nggak di kelas si Cadel ada murid baru?"
"Siapa?"
"Cewek."
"Nggak minat. Aku minatnya ke Kalka."
Serabi memutar bola matanya malas. Sekarang Milo sangat menyebalkan untuk diajak konsultasi. Namun, Serabi tak punya pilihan lain. Dia ingin tahu, kenapa musuh bebuyutannya mendadak kabur. Padahal... padahal... anak itu yang paling getol untuk jadi ketua OSIS, bahkan sampai menangis ketika didiskualifikasi.
"Lanjut pertanyaan ketiga!"
"Lo tahu kalau dia ikutan karate sejak SMP, dan akhirnya dia keluar gara-gara kakaknya tahu trus dilarang?"
"Ah, jadi Kak Meka dan Kak Medwi nggak ngizinin Mas Ge ikutan karate?"
"Iyap."
"Trus, urusannya sama kamu apa, Bi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jokes In Our Bed
Fiksi UmumSMA 17 heboh. Dua orang calon ketua OSIS yang paling dominan dan terpandang untuk pemegang jabatan ketua OSIS periode mendatang sedang membangun perseteruan. Musuh lama, lalu bertemu lagi dalam formalitas debat kandidat yang dipertontonkan di hadapa...