Chapter 9. Kenapa Harus Bungkam?

714 68 37
                                    

Kamus Kesembilan: Menurutmu, kenapa menghakimi orang itu mudah sekali?

Geomeka masih nggak angkat suara terkait pelaku pencurian waktu itu. Dia hanya memberitahu pada bendaharanya untuk lebih waspada menyimpan uang. Geomeka menunggu waktu untuk bicara dengan Abith, namun yang ditunggu nggak muncul seperti biasanya. Abith hilang. Bahkan ketika jam istirahat yang biasanya dia nongol entah dari mana dan mengajak Geomeka jajan di kantin, dia nggak muncul sama sekali. Sesekali Geomeka memergoki Abith mencuri pandang ke arahnya dari jauh, namun setelah itu dia berbalik dan pergi.

Jelas, Abith menghindarinya tanpa sebab.

Bel istirahat kedua Geomeka ingin membuat sebuah pergerakan. Jadi, yang biasanya Abith menghampiri, sekarang giliran Geomeka yang bergerak lebih dulu. Dia berdiri di pintu kelas Abith. Beruntungnya, Abith masih belum keluyuran ke mana-mana. Geomeka menatapnya lurus. Yang ditatap menelan ludah gugup.

Jujur, dia kangen. Kangen dengan ketua OSIS yang sedang berdiri menatapnya itu. Kangen dengan ucapan judesnya, namun tingkah yang dia tunjukkan justru sebaliknya. Sayangnya ... dia punya misi penting sekarang. Nanti saja, kalau sudah selesai masalah ini ... Abith akan memeluknya. Eh? Memeluk? Boleh? Memang boleh? Nggak akan boleh. Tetapi ... dia ingin.

"Kenapa lo menghindar?" Cowok berkacamata yang Abith rindukan itu bertanya datar.

Abith menggeleng. Lantas berbisik pelan, "Nggak."

"Ikut!" Geomeka melangkah pelan lebih dulu. Abith mengekor di belakangnya. Duh, kangen! Lihat itu tengkuknya!

Ingin Abith gigit!

Langkah kaki Abith berhenti. Lalu dia menggeleng kencang. Cowok yang melangkah di depan lebih dulu ikut berhenti dan menoleh.

"Ayo! Ngapain masih geleng-geleng?"

Abith menggeleng makin kencang.

"Nggak mau, Mas."

"Ha?"

"Aku takut lepas kendali."

"Ha? Emangnya kamu jin?"

Abith menelan ludah. Tahan, Bith! Ingat, perjalananmu makin panjang! Jangan sampai kamu membuat Geomeka jadi illfeel lantas menjauhimu. Nggak boleh kelepasan! Ingat, Bith! Ingat! Nggak boleh bilang su ... eh? Wait! Cotto matte kudasai! Apaan? Nggak mungkin hanya sekadar suka, kali, ah! Yang jelas, kalau hanya suka ... seperti misalnya nonton basket, itu suka. Kalau nonton Abith ... bukan suka lagi, tetapi lebih dari itu.

Abith sudah jatuh sayang.

"Ada yang mau gue tanyakan sama lo."

"Iya? Aku juga."

"Ha?"

"Jawabannya, aku juga, Mas. Aku juga sayang ... eh? Mak ... maksudnya ..." Abith benar-benar gugup nggak keruan. Aduh, ini apa-apaan, sih?

Geomeka mengusap kasar wajahnya.

"Jujur sama gue soal duit OSIS yang ilang ..."

"Ah, itu ..." Abith mengembuskan napasnya. Lalu sekian detik kemudian, dia menatap Geomeka dengan lembut. "Maaf, Mas. Aku kepepet."

"Ha?"

"Iya, aku yang nyuri."

Kurang ajar ini anak! Apa, coba yang ingin dia cari? Kenapa malah dia yang mengaku mencuri? Kurang dana apa lagi dia? Nggak mungkin, ah! Meski dia tipe anak low profile yang bahkan kadang masih naik motor bebek tahun 80-an ke sekolah, tetapi ... Geomeka nggak habis pikir kenapa Abith justru menutupi insiden ini dengan mengakui hal yang nggak dia lakukan! Geomeka curiga. Ada hal lain yang Abith sembunyikan. Pasti! Geomeka jamin itu!

Jokes In Our BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang