Epilog

17.1K 2.3K 278
                                    

            SMA 17 masih sama seperti beberapa hari lalu ketika Geo masih masuk sekolah. Awalnya dia tidak ingin masuk sekolah, namun ketika melihat HP-nya... mendadak dia tersenyum dan segera mandi. HP itu menunjukkan sebuah pesan, dari nomor yang Geo sendiri tidak tahu. Namun, dari susunan kalimatnya... Geo tahu nomor siapa ini sekarang.

"Buruan mandi. Gue tunggu di sekolah!"

Geo tidak perlu menebak siapa pengirim pesan ini, namun semangat baru mendadak muncul. Dia disayangi banyak orang di sekolah itu. Banyak orang yang tidak rela ketika dia pergi. Geo tidak akan kesepian selama berada di sana. Lagi pula... sekarang ada orang aneh yang menciumnya semalam! Tidak, Geo hanya harus pura-pura tidak tahu. Dia tidak ingin semuanya jadi makin canggung.

Ketika Geo sampai, Milo dan Kalka baru saja datang. Mereka sedang sibuk berdebat tentang sesuatu yang lamat-lamat didengarkan oleh Geometri.

"Mas Ge jelas kaum bawah, Kalka! Dia manis, bisa diterkam!"

"Tapi itu bukan alasan seseorang harus diterkam, Milo. Milo tidak lupa kalau Kak Geo adalah atlet bela diri, kan?"

Milo menggeleng tak terima. "Tapi posisi di ranjang itu beda, Kalka."

"Saya masih belum yakin kalau Serabi bisa menaklukkan Kak Geo."

"Mau taruhan? Kalau Mas Ge beneran di bawah, Kalka harus cium pipiku sebanyak limapuluh kali!"

"Aih!"

"Kalka takut?"

"Kenapa saya harus takut, Milo?"

"Kalka nggak takut cium pipiku?"

"Aih, Milo!"

"Kalian pagi-pagi ngomongin kaum bawah ranjang apaan? Tikus?" Suara Geometri menginterupsi. Kalka dan Milo menoleh spontan, memekik, lalu terkekeh pada akhirnya. Dia hanya bingung bagaimana kedua orang itu bisa sangat kompak mengobrol tentang hal-hal aneh.

"Kak Geo!" Kalka berbalik, memeluk Geo sayang. Milo tidak cemburu. Dia sudah tahu Geo milik siapa. Kalau Geo ingin merebut Kalka darinya, Milo tinggal memanggil hulubalang kerajaannya yang setia saja untuk mengikat Geo sekali lagi.

Lalu tatapan Milo terarah pada pergelangan tangan Geometri.

"Iya, agak merah gitu!" katanya.

Geo menunduk, memperhatikan apa yang Milo maksud. Lalu dia berdehem. Milo sudah tahu karena Serabi meneleponnya.

"Ini kenapa, Kak? Udah diobatin?" Kalka cemas. Geo menggeleng dan tersenyum.

"Nggak apa, Kembaranku!"

"Aih!"

"Woi, Serabi!" Milo menoleh spontan, menangkap Serabi yang mengendap dan menghindar. Serabi tertangkap sebelum berhasil melarikan diri.

Ketika dia menoleh, matanya dan Geometri bertatapan. Degup itu muncul lagi.

"Lo masuk?" Serabi mencoba untuk tidak gugup sekarang.

"Iya."

"Tangan lo?"

"Nggak apa. Ini bisa sembuh sendiri meski nggak diobatin. Kemaren ada orang gila yang lupa diri."

Serabi berdehem gugup. Dia makin merasa bersalah. "Lo nggak bilang kalau sakit."

"Kalau gue bilang, lo mau lepasin?"

Serabi menggeleng.

Geo terkekeh. "Tapi gara-gara ini gue jadi berubah pikiran."

Serabi, Milo, dan Kalka melongo. "Ha?"

Jokes In Our BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang