Chapter 3. KQ5 dan Kakak Baru

1.2K 171 1
                                    

Kamus Ketiga: Persaudaraan baru bisa muncul bila saudara kita bersaudara dengan orang lain.

Geomeka mendengus. Wajahnya asam. Dia nggak nyaman. Geometri, adik bungsunya sedang sibuk mengobrol dengan Abith. Abith ternyata cepat bergaul dengan orang lain. Ah, iya... kan denganmu juga mudah dekat, Meka! Buktinya, dia senang sekali mengekori ke mana pun kamu pergi sekarang. Jadi memang karakter dan sifat Abith seperti itu.

"Bang Abith yang bawain nasi padang waktu itu?" Geometri begitu bersemangat, lantaran baru kali ini kakaknya punya teman yang suka memberinya makanan.

"Iya, pas itu gue tanggung jawab karena udah numpahin makan siang kakak lo."

"Emang Kak Meka gitu, Bang. Gengsi banget nerima pemberian orang." Geometri berucap lantang, mengkritik terang-terangan kakaknya.

"Lo yang makan akhirnya?"

"Iya, lah! Gue kan laper."

Geomeka mendengarkan percakapan dua orang cowok itu dengan diam. Dia nggak tahu sejak kapan Abith dan Geometri jadi seakrab ini. Apalagi cara bicara Abith juga normal, wajar seperti teman-temannya yang lain. Lo-gue. Bukan aku-kamu. Sebenarnya nggak ada hubungan juga keakraban dengan mengatasnamakan kayak gitu. Hanya saja... kalau Geomeka disuruh memilih, dia lebih senang cara bicara Abith dengan adiknya yang sekarang.

"Lalu Mas Meka makan apa?"

Tuh, kan! Beneran, ada yang salah dengan Abith! Abith memang agak nyentrik. Tingkahnya sebenarnya aktif. Dia jago basket. Juga sepertinya dia kritis sekali. Peka meski nggak diucapkan.

"Kakak masak mie instan. Gue kebangun pas mau minum."

Waktu itu Geomeka fokus dengan HP-nya, jadi nggak tahu adiknya memergokinya sedang makan. Abith menoleh ke arah Geomeka. Yang diobrolkan hanya menyuapkan makanannya. Dia nggak nyaman kalau harus sok akrab dengan Abith, meski adiknya sudah dengan terang-terangan mengatakan dia senang punya teman baru! Astaga!

"Bang Abith jago bener main basketnya."

Abith terkekeh. "Nggak sejago itu, sih!"

"Gue masih emosi gara-gara tadi, Bang."

"Gue tahu, tapi gimana lagi. Keputusan panitia nggak bisa diganggu gugat. Gue juga nggak tahu harus bantuin lo dari mana. Menurut gue, sih buat pembelajaran aja!"

"Tapi kan bukan gue dulu yang mulai! Akhirnya kena semua, kan tim basket sekolah gue!" Geometri menggerutu.

Sumpah, Geometri... adik bungsu Geomeka yang sangat dia sayangi itu nggak pernah semenggebu ini dalam bercerita. Nggak pernah berapi-api ketika curhat. Juga jarang sekali menceritakan perasaannya. Geometri hanya akan menggerutu, nggak mau bercerita ada apa di sekolah, apa yang terjadi dengan perasaannya.

Sekarang? Geometri, adik bungsunya itu menceritakan banyak hal pada orang baru yang belum sehari dia kenal! Geomeka cemburu! Dia nggak mau adiknya lebih akrab dengan orang baru, terlebih cowok ini!

"Kalian turun soalnya buat balesin mereka. Kalo menurut gue, mendingan lo diem pas itu. Meredam kemarahan tim suporter lo."

"Gue nggak bisa, Bang. Mereka udah turun aja tanpa diperintah."

Bahkan sekarang mereka sedang diskusi tentang suporter. Geomeka merasa diasingkan. Matanya menatap Abith kesal. Dia sebal karena Abith seenaknya mengganggu dia dan adiknya ketika sedang butuh waktu berdua.

"Kamu sejak kapan jadi deket banget sama si Abith, Geo?" Geomeka menatap Geometri kesal.

Nada Geomeka berubah, namun Geometri nggak peka kalau kakaknya kesal. Dia nggak tahu kalau Abith adalah sumber dari kekesalan kakaknya. Abith tersenyum riang menatap Geomeka.

Jokes In Our BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang