Ramuan 17. Love Comes Without Reason

13.1K 2.2K 292
                                    

Sayang,

(v/n) Sesuatu yang curang, namun bisa menjadi alasan.

Serabi sakit hati. Di depannya, anak TK kriwil ini sedang menatapnya dengan mata mengadili. Serabi tak ingin mengusiknya, namun hatinya terusik. Dia merasa lelah dan kesal tanpa sebab, bahkan meskipun sekarang dia tidak tahu untuk apa berada di tempat ini. Dia melihat Geo dalam formasi yang berantakan. Hancur dari dalam. Hanya sekali melihatnya, Serabi merasakan sakit yang menusuk ke tulang-tulang.

"Lepasin, lepasin!" Geo menjerit gusar ketika Serabi menahan lengannya lagi.

"Nggak akan!"

"Mau sampai kapan lo bertingkah bodoh kayak gini?"

"Nggak akan gue lepasin!"

"Kenapa? Apa urusan lo?"

Serabi mendadak sakit hati. Mau sampai kapan anak TK bar-bar ini bersikap sok kuat? Banyak orang yang sudah tahu tentang masalahnya, karena Serabi pernah menguping ketika para guru sedang mengobrol. Orang tua Geometri bercerai. Sejak lama Geometri tinggal sendiri.

Bagaimana bisa Serabi tetap menyakiti anak ini, bermain dengan perasaannya yang sensitif, dan mengabaikan fakta bahwa anak ini sangat kesepian? Serabi menjerit gusar mengingat apa yang sudah dia lakukan terhadapnya.

"Lo harus di sini!"

"Ha?"

"Lo udah biasa sendiri, kan?"

"Tapi gue juga butuh kasih sayang!" Geometri berdecak.

Meskipun dia berbohong saat ini, namun melihat raut Serabi yang terlihat marah itu sangat menyenangkan. Geo merasa sedang menenangkan dirinya sendiri, bahwa dia melampiaskan semua amarahnya pada hal yang lain. Meskipun ini tidak baik sama sekali! Serabi tidak tahu masalahnya, dan dia juga seharusnya tidak boleh ikut campur. Serabi tidak ada hubungannya dengan masalah ini.

"Klise banget alasan lo! Dasar anak mami!"

Geometri menjerit, "Gue bukan anak mami! Gue udah nggak punya mami!"

Serabi merasa bersalah karena sudah salah bicara.

"Lo bisa hidup sendiri, buktinya meski mereka nggak di sini... lo masih bisa sekolah, makan dengan teratur, dan melakukan semuanya, kan?"

Geometri melotot ganas. "Itu karena lo nggak ngerasain apa yang gue alami! Lo nggak tahu gimana takutnya pas malem, pas merasa ada seseorang yang lompat ke halaman belakang rumah lo, kan? Lo nggak ngerti gimana cara gue merawat diri sendiri pas sakit! Lo pikir segampang itu? Lo bacot doang nggak tahu apa-apa!"

Serabi menelan ludah. "Lo mau pindah ke rumah nenek lo sekarang? Lo mau ngerepotin beliau?"

"Paling nggak gue bisa ngadu kalau ada apa-apa!"

"Kenapa lo nggak ngadu sama kakak lo?"

"Kok lo yang sewot? Mau gue ngadu ke siapa juga bukan urusan lo, kan?"

"Tapi gue risih bayanginnya!"

"Ya jangan dibayangin!"

"Tapi terus terbayang!"

"Terserah! Gila gue lama-lama ngeladenin lo! Gue mau pergi! Gue harus pergi! Dan masalah lo nggak terima, itu terserah lo! Gue hidup bukan buat memenuhi ucapan lo, jadi lo mau bacot apa ya suka-suka aja, lah!"

Serabi tergagap. Geometri sedang dalam formasi antipaksa. Bahkan meskipun Geometri terlihat ogah begitu, Serabi melihat ada sesuatu yang mulai mengusiknya. Serabi gusar bukan kepalang.

Geometri membawa salah satu tasnya, namun Serabi jauh lebih cepat bergerak. Dia merampas tas itu, melemparkannya jauh dari jangkauan mereka. Geo melongo. Membiarkan Serabi bertingkah dan bertindak aneh sekarang sangat mengganggu. Geo merasa ini sudah berlebihan. Meskipun dia berbohong, namun tak seharusnya Serabi jadi bertingkah berlebihan begini!

Jokes In Our BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang