Serabi menghela napas berat. Dia tidak tahu kalau dia dihadapkan pada kenyataan seperti ini. Geo memberinya peraturan, yang bahkan tidak pernah diberikan padanya selama hidup. Serabi tidak tahu kalau Geo akan jadi begini aktif, melarangnya untuk menyentuh. Dan Serabi ingin mencoba peruntungannya.
Setelah maghrib, Geo sudah selesai membereskan barang-barangnya. Serabi tersenyum ketika melihat Geo melepas bajunya. Keringatnya menetes dengan begitu dramatis. Serabi menghampiri, tersenyum ringan seolah tak terjadi apa-apa.
"Cari makan, yuk!"
Geo menoleh datar. Serabi mengguncang lengannya dan Geo tidak sadar bahwa itu juga dinamakan skinship. Alias sentuhan. Atau touch-touch tralala-trilili. Pokoknya yang begitu disebut dengan guncangan ringan penumbuh cinta. Tetapi karena sifatnya ringan, Geo tidak sadar. Serabi tersenyum licik. Jadi dia bisa saja menyentuh Geometri asalkan hanya sentuhan kasual.
"Nggak mau, ah!" Geo menggeleng.
"Kenapa nggak mau?"
"Gue masih kenyang."
Serabi mengangguk pelan, lalu berdiri. Dia melangkah, menyambar jaketnya, lalu keluar tanpa bicara apa pun. Geo melongo. Apa Serabi marah sekarang? Apa Serabi tersinggung karena dia tidak mau diajak keluar beli makan? Geo mendadak jadi tak enak. Ini belum sehari dan mereka sudah bertengkar?
Geo mengacak rambutnya gusar. Dia tidak tahu kalau Serabi jadi sensitif begini. Geo mengembuskan napas. Dia hanya harus menunggu, nanti saja kalau Serabi pulang Geo ajak bicara. Itu juga kalau Serabi mau pulang. Kalau dia ngambek terus bagaimana?
Nanti Geo kejar saja!
Namun beberapa saat setelah itu Serabi pulang dengan dua buah kantong kresek di tangannya. Geo melongo. Apa itu makanan? Tadi Geo sudah mengatakan kalau dia tidak ingin makan karena masih kenyang, kan?
"Gue bawa jus alpukat, karena lo bilang nggak mau makan dan masih kenyang. Gue juga bawa gorengan."
Geo melongo. Serabi benar-benar... Geo tidak tahu harus memulainya dari mana. Bagaimana caranya menjelaskan pada Serabi bahwa Geo tidak perlu diperlakukan seperti ini. Dia ingin seperti yang dulu. Dengan begitu, Geo tahu jaraknya dengan Serabi sebatas itu.
"Kenapa lo malah melakukan ini?" Geo protes.
Serabi mengangguk cepat. "Gue udah bilang, kan?"
Geometri sudah kehabisan kata. Dia mengangguk pelan, lantas menyedot jus di tangan Serabi. Geo tidak tahu sejak kapan dia jadi mudah menyerah ketika berhadapan dengan ketidakrasionalan Serabi. Lagi pula... sekarang Serabi sangat tenang, tidak menggebu seperti dulu.
"Sebenernya, Bi..." Geo menelan susah payah jus alpukat yang ada di mulutnya.
"Iya?"
"Gue rada nggak suka sama jus alpukat."
Serabi melongo. Dia tergagap panik, seolah sudah ketahuan telah melakukan perbuatan jahat. Serabi mengulurkan tangannya, menarik gelas plastik berisi jus alpukat yang baru saja dia beli.
"Kok lo nggak bilang kalau nggak suka?" Serabi benar-benar merasa bersalah. Bahkan wajahnya terlihat sangat shock.
"Kan lo udah susah payah beliin gue, jadi gue nggak mau usaha lo sia-sia. Gue paksa minum. Tapi rasanya... rasanya..." Geo menelan ludah, lalu berdiri terburu. Dia muntah di kamar mandi.
Sebenarnya... logikanya... Geo yang mengalami kejadian buruk itu, namun Serabi yang jauh lebih panik. Dia ikut berlari menyusul, bahkan mengelus-elus punggung Geo. Geo memekik, meronta. Masalahnya, Serabi benar-benar kurang ajar. Dia mengelus punggung Geo dengan meletakkan jemarinya di balik kaos Geometri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jokes In Our Bed
Fiksi UmumSMA 17 heboh. Dua orang calon ketua OSIS yang paling dominan dan terpandang untuk pemegang jabatan ketua OSIS periode mendatang sedang membangun perseteruan. Musuh lama, lalu bertemu lagi dalam formalitas debat kandidat yang dipertontonkan di hadapa...