Cewek,
(n) Makhluk rumit yang istimewa.
Serabi memukul wajahnya sendiri. Setelah beberapa detik melihat wajah Geometri dari dekat, perasaannya jadi aneh. Mungkin ini efek dari kelakuan Milo selama ini. Sepupunya itu begitu frontal dengan ketertarikannya terhadap lelaki. Sekarang... Serabi kena getahnya. Dia jadi berpikir macam-macam, bahwa seorang cowok yang manis dan juga pendek pasti seiman dengan kaum Kalka, cowok yang Milo katakan sebagai belahan jiwanya. Sayangnya, Serabi cukup realistis.
Tidak semua cowok pendek dan manis adalah homo. Dan kaum serupa itu memang berkat dari Tuhan. Tidak ada ketentuan kaum manis harus menjadi incaran lelaki juga, meskipun lelaki juga suka yang manis-manis. Sayangnya... tidak semua lelaki begitu! Serabi mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa musuh bebuyutannya itu masih lurus, masih punya ketertarikan seksual yang sama dengan dirinya.
Karena itulah... Serabi mampir ke kelas Milo ketika istirahat tiba. Entah kenapa, namun penasaran seperti sedang menghantuinya. Milo menghela napas gusar ketika melihat Serabi mampir. Beberapa orang berbisik dan cekikikan. Mungkin karena mereka masih ingat viralnya debat ketua OSIS hari itu. Serabi tak peduli, namun Milo sangat peduli!
"Apa lagi, Ser? Aku mau kelayapan ke kelas Kalka sekarang!"
Serabi berdecih. "Kalka lagi?"
"Kenapa? Dia kan soulmate-ku!" Milo menjerit kencang. Kelasnya sunyi, dan Milo sama sekali tak peduli. Bahkan ada yang yang mengatai dirinya homo. Milo masih tak peduli. Selama mereka tak menyenggolnya untuk bertengkar, Milo akan damai di tempatnya. Manusia memang harus bicara banyak biar jalan takdirnya berwarna dan tetap hidup!
Jadi biarkan saja mereka hidup! Pahala!
"Kamu mau apa ke sini? Mau tebar pesona?" Milo menggerutu.
"Gue mau nanya soal anak TK bar-bar."
"Ha?"
"Lo harusnya peka siapa yang gue maksud."
"Aku nggak paham."
"Nggak usah pura-pura, deh!"
"Oke, oke! Ada apa sama Mas Ge? Kamu naksir dia?"
Serabi memekik protes. Bagaimana dia bisa dihina naksir cowok cadel kriwil yang terlihat lemah itu? Tidak, Geometri tidak selemah penampilannya.
"Gue bukan homo!"
"Aku juga bukan, kali!"
"Tapi lo naksir Kalka. Dia cowok!"
"Tapi kan aku nggak naksir semua cowok. Aku cuma suka Kalka. Apa itu bisa disebut homo?"
"Jangan ngelantur, deh!"
"Kamu duluan yang datang ke sini!"
"Jadi, kemaren di ke mana? Kenapa dia bonyok-bonyok?"
"Ha? Kalka bonyok-bonyok? Siapa orang jahat yang udah melukai Kalka?"
Serabi gusar. Dia menjambak rambut Milo kencang. Beberapa orang memperhatikan mereka, namun mereka tak peduli. Mereka seperti sedang buka lapak baru, punya dunia baru yang hanya ditinggali oleh mereka berdua.
"Si Geo! Gue nanya dia!"
"Ah, Mas Ge..." Milo menghela napas lega. Namun, dalam beberapa detik, dia kembali memekik. "Aku lupa belum bilang, Serabi!"
Serabi pasang telinga waspada, meskipun dia pura-pura tidak tahu. Wajahnya terlihat tak tertarik, namun hatinya sudah siap mendengarkan apa pun yang Milo ceritakan tentang Geo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jokes In Our Bed
Fiction généraleSMA 17 heboh. Dua orang calon ketua OSIS yang paling dominan dan terpandang untuk pemegang jabatan ketua OSIS periode mendatang sedang membangun perseteruan. Musuh lama, lalu bertemu lagi dalam formalitas debat kandidat yang dipertontonkan di hadapa...