Ramuan 15. Count Down

13K 2.2K 223
                                    

Hilang,

(v) Tak akan dirasa tanpa kepastian.

Serabi menguatkan hati. Dia harus mengucapkan tiga kata itu kalau ingin masa depannya terbebas dari penyesalan. Kata Om Rian, dulu lelaki itu juga punya musuh bebuyutan. Cewek. Karena mereka selalu bertengkar, akhirnya muncullah bibit-bibit cinta. Kangen ketika tidak berjumpa, mencari ketika kehilangan. Dan sekarang wanita itu sudah jadi Nyonya Rian. Dokter Rian menceritakannya dengan bangga, separuh geli. Kenapa dulu dia begitu usil dengan mengganggu anak orang yang tidak pernah mencari gara-gara dengannya?

Sekarang, keponakannya melakukan hal yang sama. Namun, musuh kali ini sama-sama berbatang sepertinya. Serabi tidak ingin dengar curhatan Dokter Rian lagi karena dia tidak tertarik. Sekarang curhatan omnya tidak penting.

"Ehm! Geo, gue mau ngomong sama lo." Serabi mencoba peruntungannya dengan berlatih di depan cermin. Meski konvensional, namun cara ini terbukti berhasil. Karena dia merasa jadi orang yang sangat gila dan memalukan. Nanti kalau bertemu Geometri pasti lebih malu lagi daripada ini.

"Iya, apa, Bi?" Sebuah suara menyahut lucu.

Serabi menoleh dan mendapati sepupunya muncul lagi. Kali ini Milo dengan cengirannya muncul.

"Kenapa lo datang lagi?"

"Aku kesepian di rumah."

"Ha? Bukannya udah ada si Kalka?"

"Kan aku kesepiannya di rumah, bukan di hatiku..."

Serabi mendengus jijik. Milo merebahkan diri di atas kasurnya, lalu menghela napas berat. Ada banyak hal yang sepertinya harus segera dilakukan oleh Serabi sekarang juga!

"Pulang sana!" Serabi mengusir. Ah, dia jadi ingat bagaimana cara Geometri mengusirnya waktu itu. Rasanya mungkin seperti ini, ketika Serabi jadi Geometri waktu itu. Tidak nyaman, risih, terganggu, dan ingin terbebas dari orang yang dimaksud secepatnya.

"Sana pergi!" Serabi memekik kesal. Dia ingin merasakan jadi Geometri yang mengusirnya mati-matian waktu itu.

"Males, ah!" Milo cuek.

Serabi tidak akan menang melawan cowok ini sekarang. Milo bangkit seketika. Dia melongo, lantas menarik lengan Serabi kencang.

"Apaan, sih?" Serabi protes.

"Lihat ini!"

Milo menunjukkan sebuah status di whatsapp, dengan nama 'Mas Ge' di atasnya. Serabi termenung. Status itu begitu aneh.

Mulai merasa... lelah.

Serabi tidak tahu kenapa dia juga ikut merasa lelah. Milo memutuskan untuk mengomentari status itu hingga akhirnya Milo tersadar.

"Kenapa kamu suka ngintipin chat orang, Bi?" Milo menjauhkan HP-nya dari tatapan Serabi. Serabi tergagap.

"Kan lo yang beritahu gue!"

"Ah, iya, sih!" Milo menyerah. "Aku mau nanya kenapa dia."

"Apa gara-gara gue?"

Milo melongo. Ini keajaiban. Setelah sekian lama Serabi dan Geometri berdebat dan bermusuhan, ini kali pertama Serabi terlihat sangat peduli terhadap perasaan Geo. Ini kali pertama Serabi merasa bersalah karena sudah membuat ulah.

"Kok kamu baru sadar?"

"Eh? Jadi beneran dia bikin status kayak gitu karena gue?"

Milo menggeleng tak yakin. "Nggak tahu. Akhir-akhir ini status Mas Ge jadi agak alay."

Jokes In Our BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang