Bagian 18. Beri Aku Waktu, Tapi Bukan Berarti Aku Melepasmu!

837 150 2
                                    

"Milo mau menunggu saya?"

"Menunggu untuk apa, Kalka?"

"Tunggu saya menata hati. Nanti saya bisa bilang ke Milo apa yang saya rasakan."

Itu yang kutunggu! Tapi... apa nggak bisa tanpa menjauh seperti kemarin? Kemarin Kalka menjauh karena dia cemburu. Itu saja sudah membuatku galau. Apalagi kalau dia membutuhkan waktu dan aku dilarang menemuinya!

Itu neraka!

Tapi aku bisa apa? Kalau memang yang terbaik untuk Kalka, asal nggak memaksaku meninggalkannya... aku pasti rela. Akan kulakukan apa pun agara Kalka bahagia! Kecuali meninggalkannya.

"Milo..."

"Iya?"

"Yakin mau nunggu saya?"

"Pasti."

"Kalau jawabannya mengecewakan gimana?"

"Nggak masalah..."

Nanti aku bunuh diri di depanmu, Kalka! Tapi nggak... aku sudah tahu jawabannya. Memang aku hanya ingin memberikanmu waktu. Kalau dalam cinta, nggak boleh ada yang egois. Kalau kamu bisa melakukan apa pun untukku, aku akan melakukan apa pun untukmu. Karena aku mencintaimu dengan sangat. Dengan sungguh-sungguh!

"Kalka..."

"Iya?"

"Aku beri waktu."

"Iya?"

"Selama beberapa hari, atau minggu, atau bulan, atau bahkan tahun... aku nggak akan ganggu kamu dulu..."

Jantungku berdegup kencang. Sebenarnya aku nggak rela, tapi aku harus melakukan ini. Aku ingin memberi Kalka kesempatan untuk berpikir.

"Kenapa gitu?"

"Biar Kalka bisa mikir. Mungkin yang orang bilang benar."

"Soal apa, Milo?"

"Kalau kita akan merasa sayang ke seseorang saat dia meninggalkan kita."

Aku nggak tahan. Aku ingin menangis. Padahal aku nggak cengeng. Tapi kalau harus berjauhan dari Kalka bisa sesakit ini, aku nggak rela. Apa ini yang disebut dengan patah hati? Tapi aku nggak tahu harus apa. Ini demi cintaku!

"Saya kesal waktu lihat Milo sama yang lain."

"Kalau gitu, tanya ke hati Kalka sendiri! Apa yang Kalka inginkan?"

Aku belum puas dengan hubungan ini. Aku menuntut. Kukira awalnya aku cukup bahagia dengan begini saja. Tapi ternyata nggak. Aku masih manusia yang egois dan menginginkan banyak hal.

"Kalka..."

"Iya?"

"Aku sayang kamu."

"Saya sayang Milo."

"Kalka pikir dulu, ya! Nanti kalau sudah temukan jawabannya, aku datang."

"Milo..."

"Iya?"

"Apa Milo akan menunggu saya?"

"Pasti!"

"Nggak akan pergi sama orang lain?"

"Nggak."

"Dengan Riri?"

"Kepikiran saja nggak."

"Tapi Riri dekat dengan Milo."

"Dia hanya teman biasa, Kalka."

"Kita juga berawal dari teman biasa."

Jokes In Our BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang