Ramuan 2. We Meet Again With New Face

26.4K 2.9K 241
                                    

Basket,

(n) Permainan yang menjadi penentu takdir.

Geo senyum-senyum asem. Pasalnya, Milo dan Kalka sedang duduk manis di depannya tanpa sungkan. Mereka sibuk menyedot es teh bergantian, dalam satu gelas, dengan dua sedotan yang berbeda. Geo jadi ingat iklan-iklan jadul sebelum diboikot dan dilarang tayang. Geo mencelos. Dia ogah melihat mereka berdua bermesraan, mengingat mereka begitu muka badak dan tidak tahu malu untuk menunjukkan hal-hal intim di depan umum. Setidaknya mereka sadar dan tidak memedulikan orang-orang yang tampaknya tak peduli dengan kemesraan dua sejoli itu. Semua orang sudah tahu Milo. Cowok dengan mulut cablak dan senyuman isengnya itu jauh lebih berbahaya ketika disenggol. Lebih baik tidak mencari gara-gara dengannya!

"Kalian masih lama?" Geo memotong sekilas, mengingatkan mereka bahwa masih ada makhluk lain di depan mereka, yang diabaikan, dan hanya disuguhi pemandangan seperti ini.

"Tergantung Mas maunya gimana! Kami bisa mesra-mesraan sampai nanti, lanjut pulang sekolah..."

Geo menggeleng.

"Cukup, cukup!" katanya. Geo menghela napas sekilas. Setelah diskusi kecil tadi, dia jadi ingat banyak hal. Dulu dia begitu getol terjun dalam dunia organisasi. Dia mempersiapkan diri agar suatu hari nanti dia bisa menjadi seorang ketua OSIS yang mumpuni.

"Kak Geo mau kami jadi tim sukses?" Kalka tersenyum lembut. Geo menggaruk tengkuknya. Dia bingung bagaimana harus merespon.

Kalka dan Milo sudah baik hati, mendukung dan melamar jadi relawan demi dirinya. Tanpa imbuhan dana apa pun, tanpa embel-embel nepotisme. Kini, Geo mencari pembenaran atas apa yang sedang dipikirkan olehnya.

"Apa yang harus gue lakukan sebagai gantinya?"

Milo dan Kalka berpandangan. Mereka berdua tersenyum kompak, lalu menggeleng. Sepertinya mereka memang tidak punya motif apa pun untuk mendukungnya sekarang. Kalka berdehem sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya, "Kami tertarik dengan visi misi yang Kak Geo susun..."

Geo nyengir dengan wajah bijaksana dan hati bahagia. Sekarang dia ingin mencari sebuah pembenaran baru dalam hidupnya, bahwa menjadi ketua OSIS nanti adalah mimpi demi membuat kehidupan sekolah menjadi lebih baik. Kalka tersenyum lebar, menyenggol lengan Milo sekali lagi.

"Iya, Mas Ge! Aku berharap nggak ada lagi diskriminasi ke orang cakep!"

Milo dicubit.

Geo sudah lama berdiam diri di sini. Ini waktunya kembali ke kelas. Dia harus mempersiapkan banyak rencana, selain karena Serabi mungkin sedang siap untuk perang. Serabi itu tipe penyerang transparan. Dia bisa sangat agresif menyerang musuh. Kalimatnya menyakitkan dan penuh provokasi. Di pihak Geo, dia menggelikan. Tapi kita belum tahu bagaimana dia menggaet rekan, bukan?

Di dunia politik, semua orang bisa fleksibel. Lawan bisa jadi kawan, kawan bisa jadi lawan! Tergantung siapa orang yang mau dan mampu menjadikanmu sebagai kawanan.

Ketika bel pulang sekolah berbunyi, Geo berlari kencang ke arah parkiran. Di sana kakak kembarnya sedang menunggu. Geomedwi bermain HP, Geomeka celingukan. Ketika melihat adik bungsu mereka berlari dan hampir terjatuh, Geomeka menarik lengan adik tersayangnya.

Ketika melihat Geometri alias adik bungsu mereka sudah sampai, Geomedwi membawa tasnya dan melenggang.

"Kak Med mau ke mana?"

"Dijemput pacar!"

"Yang mana?"

"Yang mahasiswa..."

Geomeka cuek. Jemarinya menarik lengan adik tercintanya, merangkulnya sayang. Kasih sayang Geomeka pada Geo terlalu besar. Geomeka terlalu posesif terhadap adik bungsunya. Mungkin karena dulu Geo pernah kecelakaan dan koma selama seminggu, jadi Geomeka berjanji akan menjaga adik bungsu mereka dengan sebaik-baiknya.

Jokes In Our BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang