Hari ini tidak ada yang aneh selain pertengkaran Geometri dan Serabi sedang dingin-dinginnya. Geo tidak mengajak Serabi bicara, dan Serabi pun begitu. Serabi masih kesal, dan karena itulah dia mencoba untuk mendinginkan hatinya. Dia memang sadar Geo tidak punya niatan buruk untuk berbohong kali ini, namun tetap saja yang namanya berbohong pasti salah. Serabi ingin memberi Geo waktu. Kalau nanti Geo minta maaf, barulah Serabi mengajaknya bicara. Atau mengajaknya berjanji. Kalau melanggar, Geo harus mencium Serabi sebanyak seratus kali.
Serabi bangun keesokan paginya, lalu bergegas ke kampus. Dia ada kegiatan di kampus meskipun hari Minggu. Sebenarnya Serabi ogah, namun karena kondisi di kosnya begitu mencekam, mau tak mau dia pergi juga. Geo berbalik, memunggunginya semalaman dan tidak mengajaknya bicara. Serabi berniat membelikan sarapan seperti biasa, namun ketika melihat Geo sepertinya enggan menerima apa pun darinya, Serabi urung membelikannya. Nanti saja. Kalau dia sudah pulang dari kampus, barulah dia ajak Geo makan di luar!
Serabi memutuskan untuk mematikan HP-nya dan sibuk dengan kegiatan kampus. Dia tidak akan memikirkan masalah dengan Geometri dulu. Dia harus fokus dengan apa yang ada di depannya. Anak-anak teknik sedang berkumpul untuk membahas hal-hal tentang organisasi dan yang lain. Serabi bergabung. Hari itu... Serabi tidak tahu bahwa sesuatu yang besar terjadi.
Geo membuka matanya ketika Serabi pergi. Dia bangkit sekilas dari kasurnya lalu mengacak rambut kriwil imutnya. Dia canggung dengan Serabi dan masih kesal. Dia kesal karena Serabi menodongnya dengan tuduhan seolah-olah Geo adalah orang yang bersalah. Geo melakukan ini karena dia tidak ingin ribut. Lagi pula... siapa pun yang dekat dengannya selalu dibenci Serabi. Milo saja pernah kena semprot karena memuji Geo.
Geo bangkit dan mandi. Dia harus mendinginkan kepalanya sejenak. HP-nya berbunyi. Geo menatap sekilas. Ah, hanya pesan whatsapp. Tidak mungkin dari Serabi. Cowok itu sedang marah padanya. Geo berpakaian dan meraih HP-nya. Mungkin dari Milo. Atau Kalka. Ah, bukan. Dari kakaknya.
Isinya singkat, namun dunia Geo seolah dibalik sempurna.
"Geo, bisa pulang? Nenek meninggal."
Dada Geometri mendadak sesak dan sakit. Dia menjerit, menangis, memukul dadanya sendiri. Geo tidak tahu kalau akan ada sesuatu yang buruk terjadi. Geo kalut. Dia tidak sanggup berjalan. Berdiri pun tidak. Bahkan dia tidak mampu membalas pesan kakaknya.
Geo mencoba meraih HP-nya sekali lagi, menegaskan ulang bahwa kakaknya sedang tidak bercanda. Tidak, Geomeka tidak pernah bercanda untuk hal-hal seperti ini. Geo tidak bisa mengendalikan diri, namun sesaat wajah Serabi terbayang.
Geo menelepon Serabi, namun tidak aktif. Geo menjerit, meronta. Meski tahu Serabi tidak bisa mengangkat teleponnya, Geo mencoba untuk mengirimi Serabi pesan.
"Bi, pulang!"
"!!"
"Bi..."
"Bi, gue kayak mau mati rasanya."
"Bi..."
"."
Geometri mengirimkan chat secara acak, meskipun chat itu hanya menunjukkan satu centang di HP-nya. Geo beranjak gontai, tertatih pelan. Dia mengambil dompet, melangkah ke halte bis. Bahkan dia hanya memakai sandal jepit dan kaos oblong biasa. Wajahnya seperti mayat hidup. Wajahnya basah oleh air mata. Geo tidak ingin jatuh sekarang. Kalau dia jatuh, dia akan semakin lama sampai di rumah nenek. Dia tidak ingin melepaskan jasad neneknya sebelum melihatnya.
Padahal... tiga hari yang lalu Geo berjanji akan pulang minggu besok. Ah, nenek ternyata tidak sabar, ya ingin bertemu dengannya?
Meskipun dia menjadi pusat perhatian, namun Geo tidak peduli. Wajahnya bengkak dan terlihat sangat mengerikan. Seperti mayat hidup. Bahkan ketika Geomeka meneleponnya, Geo menjawab singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jokes In Our Bed
Ficción GeneralSMA 17 heboh. Dua orang calon ketua OSIS yang paling dominan dan terpandang untuk pemegang jabatan ketua OSIS periode mendatang sedang membangun perseteruan. Musuh lama, lalu bertemu lagi dalam formalitas debat kandidat yang dipertontonkan di hadapa...