Lumajang, lewat tengah hari.
"Lo mau jadi roommate gue?"
Geo tersedak. Mendengar pertanyaan Serabi yang mendadak seperti itu membuatnya shock. Geo tidak menyangka akan mendengar kalimat seperti itu, lantaran Serabi mengatakannya dengan sangat datar. Geo menoleh ragu, lalu kembali menatap sudut-sudut sekolahnya. Jam istirahat kedua masih penuh dengan murid-murid yang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Sayangnya... untuk anak kelas tiga, semua itu sia-sia. Mereka sudah selesai dengan ujian nasional.
"Kenapa gue harus mau?" Geo masih melongo, memuntahkan sejuta tanda tanya yang seharusnya tidak terucap saat ini. Ini terlalu mengejutkan, juga terlalu ambigu untuk muncul dari bibir seorang Serabi. Cowok ini adalah musuh, yang dulu katanya pernah benci pada Geometri tanpa alasan.
"Gue yang pengen." Jawaban Serabi yang makin memperkeruh dugaan kini membuat Geo berdecak gusar. Geometri bukan orang yang bisa menerima semua hal dengan alasan yang ambigu.
Lagi pula... mereka akan bersama bukan hanya untuk satu-dua hari. Geometri tidak tahu kalau Serabi akan menembaknya dengan kalimat seperti itu. Lo mau jadi roommate gue?
Halah, kalau disuruh menjawab, Geo akan dengan terang-terangan menjawab, "Nggak. Gue pengen mandiri! Nggak mau gue sekamar sama lo! Masa anak TK sekamar sama pedhopil?!" begitu. Namun, Geometri harus bersikap bijaksana sekarang ini. Dia mencoba untuk bersikap adem, bersikap ramah dan juga tidak banyak bicara. Serabi memang aneh sejak terakhir kali tragedi pengikatan itu, namun Geometri lebih nyaman dengan Serabi yang damai.
Dia berjanji tidak akan mencari masalah lain lagi!
"Gini, Bi..." Geo mengembuskan napas. "Bukan karena lo pengen, semua hal jadi muter-muter di ketek lo!"
"Trus?"
"Gue nolak!" Geo menjerit. Dia tidak mau sekamar dengan Serabi. Dia sudah tahu bagaimana perasaan Serabi meskipun cowok itu belum pernah mengatakan apa pun tentang perasaannya.
Kecuali ketika Geo sedang tidur waktu itu! Milo saja sudah sering menghujat cowok bongsor tukang rusuh ini. Katanya Serabi tsundere, atau gengsian, belum lagi sok nggak mau. Pokoknya yang jelek-jelek Milo hafal. Karena itulah Geo mengiyakan karena kenyataannya begitu.
Kalka hanya akan tersenyum dan terkekeh, lalu memberi semangat Serabi untuk berjuang. Sampai sekarang Geo tidak tahu kenapa Kalka manis seperti itu! Dia tidak pernah bicara jahat pada Serabi yang memang jahat! Padahal ucapan jahat cocok untuk orang yang jahat! Kalka selalu mengatakan Serabi sangat menyayangi Geometri, bahkan dia juga dengan terang-terangan mengatakan itu.
"Serabi suka sama Kak Geo. Dari cara memandang saja sudah kelihatan, Kak! Kak Serabi juga sempat curhat, katanya dia nggak mau kalau ada orang yang merebut Kak Geo dari tangannya. Memangnya kalian sudah jadian, ya?"
Waktu itu Geometri mengeluarkan umpatan-umpatan jahat, yang akhirnya didengar Milo. Sebagai emak babon yang tidak suka anaknya mendengar hal-hal nista, cowok itu menutupi telinga Kalka. Kata Milo, kaum peri tidak boleh mendengar kalimat yang penuh aura kebencian!
Ingin sekali Geo menjegal Milo beserta keturunannya!
Akhirnya... Geo dan Serabi lulus. Geo melanjutkan ke universitas, Serabi pun begitu. Mereka diterima pada kampus yang sama meskipun jurusan mereka berbeda. Apalagi gedung fakultas mereka berseberangan, hanya dibatasi oleh jalan. Geo tidak mengerti kenapa Tuhan sedang mempermainkan nasib dan juga kisahnya untuk tahun-tahun ke depan. Apa belum cukup dia diberi gangguan bermusuhan dengan Serabi selama tiga tahun? Apa dia harus mengisi empat tahun berikutnya dengan hal-hal yang sama?
KAMU SEDANG MEMBACA
Jokes In Our Bed
Fiksi UmumSMA 17 heboh. Dua orang calon ketua OSIS yang paling dominan dan terpandang untuk pemegang jabatan ketua OSIS periode mendatang sedang membangun perseteruan. Musuh lama, lalu bertemu lagi dalam formalitas debat kandidat yang dipertontonkan di hadapa...