Bagian 4. Apa Aku Boleh Kepoin Hidupmu?

1.2K 193 12
                                    

            Kalka menghela napas berat. Aku tahu kalau dia sedang bingung. Aku sudah mempelajari banyak hal tentangnya. Pokoknya aku sudah hampir tahu semua gestur Kalka. Kalau dia bingung, dia selalu menggaruk hidungnya. Kalau dia kesal... ah, dia nggak pernah kesal. Bahkan meski aku mengganggunya. Dia sempurna. Sabar juga. Nggak neko-neko. Pokoknya dia adalah cerminan manusia berbudi yang luar biasa. Aku cinta Kalka.

"Kok Milo ikut lagi?" Kalka menoleh. Aku mengangguk.

"Iya, ingin ikut."

"Kan katanya malam minggu saja ke rumah."

"Malem minggu dan sekarang kan beda."

"Nggak mau sekalian?"

"Nggak. Kan beda. Aku ingin lebih sering."

"Milo, ah..."

"Yang kemarin itu..."

"Hm?"

"Fika..."

"Iya?"

"Kalka nggak suka?"

"Suka."

"Lho?"

"Sebagai teman."

"Nggak lebih?"

"Nggak. Fika punya pacar."

"Kalau nggak punya?"

Kalka menautkan alisnya. Dia merengut. Aih, ekspresi itu lagi! Aku jadi panas-dingin kalau dia begini! Padahal itu ekspresi kesal ala Kalka, tapi indah sekali. Aku suka. Aku menangkup kedua pipinya spontan.

"Mau Kalka ke mana pun, aku ikut."

"Nggak tunggu malam minggu saja, Milo?"

"Nggak. Nanti Kalka diculik orang."

"Siapa yang mau culik?"

"Banyak."

"Contohnya?"

"Fika."

"Aih, dia nggak mungkin!"

"Pokoknya mungkin. Manusia sekarang ini bahaya, Kalka."

"Termasuk Milo?"

"Aku nggak."

"Milo bukan manusia?"

"Kalau ke Kalka aku nggak mungkin jahat. Bahaya dikit..."

"Iya, Milo mau cium saya kemarin."

"Kalka ingat, ya? Mau coba?"

Kalka tergelak. Aku mengangguk cepat. Meski dia menganggapku hanya bercanda, aku santai saja. Nanti kalau dia tahu isi hatiku yang sebenarnya, dia bisa shock. Lalu dia berpikir aku sangat posesif. Iya, kalau untuk Kalka aku mau. Aku nggak pernah punya perasaan begini sebelumnya. Aku pernah punya pacar. Cantik-cantik. Tapi nggak ada yang berhasil membuatku mencandu seperti perasaanku terhadap Kalka. Aku benar-benar jatuh cinta.

"Kalka..." bisikku pelan.

"Iya?"

"Aku serius."

"Soal?"

"Semuanya."

"Jadi..."

"Mulai sekarang aku akan membuntuti Kalka."

"Eh?"

Tekadku sudah bulat. Aku nggak akan pernah mundur. Mungkin hubunganku dan Kalka memang ambigu, tapi aku nggak menyesal. Aku bahagia dengan perasaan ini. Dan aku bersyukur karena Kalka adalah pelakunya. Aku akan terus mengikuti Kalka. Aku nggak mungkin bosan. Bahkan meski dia mengusirku. Tapi apa mungkin dia bisa mengusirku?

Jokes In Our BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang