Ramuan 3. Your Tongue is Sharper Than The Blade

19.5K 2.7K 350
                                    

Berdebat,

(v) Verba dengan sejuta jalan licik.

Menjadikan Milo sebagai tim sukses adalah sebuah jalan singkat yang super licik. Geo tidak tahu kalau Milo bisa jadi orang paling mengerikan sepanjang sejarahnya berteman dengan seseorang. Menurut Geometri sebagai murid biasa saja yang tidak terlihat mencolok, Milo adalah seorang tim sukses yang mungkin bukan lagi sekaliber ecek-ecek. Milo bisa jadi tim sukses untuk pemilihan yang lebih besar lagi.

Mendadak nama Geo terkenal seantero sekolah. Geo berkali-kali mengutuk. Meskipun dia malu setengah mati, namun kali ini jasa Milo sangat luar biasa. Ketika jam istirahat tiba, nama Geo bergema di speaker pengumuman. Bahkan ada suara Milo yang terdengar mirip MC acara dangdutan!

"Kalian kalau ingin lihat cowok manis yang mengayomi semua murid, kalian harus pilih Geometri! Dia nggak anarkis, nggak bawel..."

Geo menepuk dahinya. Promosi dengan cara begini sangat mengerikan. Ini tidak elit dan juga tidak akan pernah ada habisnya. Di sisi lain, Serabi sedang sibuk mengutuk. Abith memergokinya sedang menendang rumput-rumput kering di belakang laboratorium biologi. Karena penasaran dengan pemandangan itu, Abith memutuskan untuk berhenti dan bertanya.

"Lo ngapain, Bi?"

Serabi menoleh spontan dan mendapati ketua OSIS saat ini atau yang akan jadi mantan ketua OSIS berdiri di belakangnya.

"Eh, Bang Abith..."

"Lagi suntuk, ya kok nendang-nendang gitu?"

Serabi terkekeh. Kakinya melangkah lebih dulu, menghampiri Abith yang terlihat suntuk dengan buku-buku tebal di tangan. Abith sudah kelas tiga, dan otomatis harus mempersiapkan diri untuk ujian nasional.

"Bang Abith denger, kan tuh suara manusia laknat?"

Abith terkekeh. Siapa yang tidak kenal Milo? Semua orang selalu menjagokannya ketika basket. Bahkan Abith pernah meminta Milo ikut tim basket sekolah sampai harus memohon-mohon. Sayangnya... Milo itu sangat keras kepala!

"Gue kenal dia banget. Ah, lo jauh lebih kenal dia, kan?"

Serabi mengangguk cepat. "Apa ini udah saatnya kampanye?"

Abith menggeleng sesaat, lalu tergelak geli. "Nggak usah diambil pusing! Kalian bebas kampanye kapan pun. Lagian, ini kan bukan kampanye gelap! Kalian bebas berkreasi."

"Termasuk pake fasilitas sekolah semaunya?"

"Kalau itu gue nggak ikut-ikut! Entah gimana dia bisa nerobos speaker pengumuman! Setahu gue, yang boleh pake itu kan cuma guru."

Serabi menepuk dahinya sendiri. "Dia punya orang dalam, lah! Kayak nggak tahu aja kalau tuh manusia laknat ada aja caranya!"

"Trus, strategi lo apaan?"

"Sebar brosur."

"Dananya?"

"Pake printer di rumah, lah! Kertas juga tinggal minta nyokap, Bang."

"Termasuk modal sendiri, ya?"

"Iya, lah!"

"Good luck, ya! Siapa pun yang jadi, mau lo... atau si Geo, atau bahkan si Galang... gue dukung kalian buat bikin sekolah ini lebih baik!"

Serabi tersenyum miris. Kalau untuk urusan kali ini, dia termasuk orang yang pasif. Dia tidak terlalu menggebu untuk urusan jadi pemimpin, tetapi... kalau dia harus dipimpin cowok cadel S yang selalu membuatnya terusik... Serabi tidak mau! Jangan ngimpi, itu batinnya!

Sekarang dia harus melakukan banyak hal yang tentunya semakin membuatnya sibuk. Gara-gara sepupunya yang kurang ajar itu... nasibnya seolah sedang berada di ujung tanduk!

Jokes In Our BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang