Sepuluh: Serabi, Waras, Yuk!

10.4K 1.8K 208
                                    

            Mereka kembali ke kos. Geomeka dan Geomedwi tidak sempat mengantar. Apalagi sekarang Geomeka mulai merasa galak pada Serabi. Serabi tidak merasa takut ataupun bersalah. Dia malah senang, karena sekarang Geomeka berharap banyak padanya.

"Jagain adek gue! Gue bakar lo kalau sampai bikin dia nangis!"

"Gue sayang sama dia, masa iya gue bikin dia nangis?"

Geometri di sebelahnya menghela napas berat. Dia tidak mengerti kenapa dua orang ini sangat menyebalkan dan juga merepotkan sekarang. Bahkan dengan sangat dramatis Geomeka juga berpesan agar Geo tidak pernah membuka bajunya depan Serabi.

Karena itulah, alih-alih menuruti ucapan kakaknya, Geo mendadak punya ide. Ide ini sangat tepat untuk saat ini, karena Geo tidak punya cara lain dan jalan lain agar bisa melepaskan Serabi darinya. Serabi sangat ganas dan galak padanya. Geo tidak tahu kenapa Serabi jadi menyebalkan seperti itu. Semakin lama Serabi jadi makin tidak rasional.

"Lo nggak apa?" Serabi menyentuh lengan Geo. Mereka ada di dalam bis untuk kembali ke kos. Geo menggeleng pelan.

"Gue nggak apa."

"Kalau lo mau nangis, lo sembunyi aja di dada gue!"

Geo sekarang mengerti bagaimana jadi Kalka. Ternyata respon tidak masuk akal Milo juga menular pada sepupunya. Geo berdecak gusar. Dia mulai kesal dengan Serabi. Bagaimana jadi Kalka yang harus menahan kelakuan Milo yang aneh itu? Ah, Kalka anak yang sabar dan baik hati, tidak mungkin mengumpat sepertinya!

"Kenapa gue harus nangis dan sembunyi di dada lo?"

Serabi terkekeh. Dia tidak akan menyalahkan Geometri lagi. Cowok ini memang tidak bisa disalahkan. Selain karena dia kurang peka, dia juga memang tidak tahu apa-apa. Kewaspadaan dirinya kurang. Andaikan dia berada dalam satu kandang yang sama dengan singa, dia tidak akan sadar itu singa sebelum singanya memperkenalkan diri.

Sebebal itulah Geometri, karena dia merasa cinta itu antara dua orang beda jenis kelamin. Pada Milo dan Kalka saja dia belum habis pikir. Kenapa bisa cinta mengantarkan mereka pada jenis kelamin yang sama? Geo menghela napas berat. Dia tidak ingin menyalahkan Serabi dalam urusan ini. Dia tidak ingin menghakimi rasa cinta yang Serabi miliki.

"Kenapa lo pikir Rama suka sama gue?" Geo mencoba mencari alasan kenapa Serabi sampai mengibarkan bendera perang pada Rama, yang bahkan mereka bicara saja pun dalam kuantitas langka.

"Tatapan matanya, Ge!"

"Ha? Kok bisa?"

Serabi merengut. "Lo beneran nggak peka, ya?"

Geo menggeleng. "Apa bedanya sama tatapan yang lain?"

"Lo tatap dia balik, coba!"

"Udah."

Serabi tidak tahu kenapa hatinya jadi panas. Dia menghela napas berat. Dia menatap wajah Geometri yang terlihat bingung dan... polos. Astaga! Anak ini! Membayangkannya saja dia merasa kesal. Bagaimana bisa dia dan Geo saling menatap seperti itu?

"Berapa lama kalian tatapannya?"

"Nggak hitung."

"Lama?"

"Lumayan. Kami ngomongnya lama."

"Dia lihatin lo intens?"

"Intens yang gimana maksud lo?"

"Tajam, dan ada aura pengen makan lo idup-idup?"

Geo menggeleng pelan. "Mana gue tahu dia kanibal atau bukan! Kenapa dia harus makan gue? Makan rambut gue aja dia udah tersedak!"

Jokes In Our BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang