Bagian 7. Janjiku dan Kalka

926 178 4
                                    

            Kalka menemaniku. Ibunya sesekali mengajakku mengobrol. Kami mengobrol bertiga. Kalka cantik seperti ibunya. Kalka punya kakak lelaki. Tampan seperti ayahnya. Tapi di mataku, hanya Kalka yang menarik. Mungkin karena aku dimabuk cinta. Kalka masih menunduk. Dia nggak ingin mengatakan apa pun selain tersipu. Kami kembali berdua setelah ibunya ke dapur. Aku masih menatap Kalka dengan wajah geli. Dan juga penasaran.

"Jadi... jelaskan, Kalka!" bisikku.

"Soal apa?"

"Kamu buntutin aku, tapi kamu nggak masuk..."

"Apa seperti itu yang bisa disebut membuntuti?"

Aku mengangguk. "Jadi, ceritakan!"

"Saya malu."

"Kenapa malu?"

"Kan sudah malam. Masa harus bertamu."

"Kok nggak bilang kalau kamu ikut?"

"Karena saya hanya ingin tahu."

"Ingin tahu soal apa?"

"Rumah Milo."

"Lalu?"

"Jalan ke sana."

"Trus?"

"Jaraknya dari rumah."

"Kenapa kamu ingin tahu?"

"Sebab Milo selalu ikut saya tiap turun dari angkot."

"Jadi..."

"Jadi apa?" Kalka menatapku bingung.

"Kalau aku bawa motor, nanti kamu mau aku bonceng?"

"Nggak mau. Saya nggak mau ngerepotin."

"Kan biar kayak Dilan dan Milea."

"Tapi saya nggak mau jadi Milea. Meski Milo seganteng Dilan."

"Eh? Aku lebih ganteng. Jauh..."

"Iya, Milo jauh lebih ganteng..."

"Terima kasih, jangan sungkan!"

"Terima kasih sudah jenguk saya, Milo!"

"Jangan sungkan lagi!"

"Saya nggak tahu kalau Milo ternyata sangat perhatian."

"Demi Kalka aku mau!"

Kalka tersenyum lembut. Dia mungkin sudah terbiasa dengan ucapan gombalku. Tapi aku nggak bosan. Aku juga nggak menyerah untuk terus bilang. Aku akan terus mengungkapkan perasaanku di depannya.

"Kalka nggak jadi mampir karena sudah malem?"

Kalka mengangguk. "Iya."

"Kalau nggak malem bakalan mampir?"

"Tentu. Tapi saya harus minta izin."

"Nggak perlu izin. Kamu sudah diizinkan."

"Tapi, Milo..."

Kalka menghela napas berat. Aku akan mendengarkannya. Apa pun alasan kenapa dia nggak mau mampir ke rumah... aku akan mendengarkannya. Nanti setelah dengar, aku akan merayunya. Pokoknya Kalka harus mau.

"Aku ajak mampir, mau?"

Aku sedang menawarinya.

"Ke rumah Milo?"

"Iya. Ke rumahku."

"Nggak apa?"

"Nggak apa. Nanti biar kukenalkan ke mama dan papaku. Mereka pasti senang."

Jokes In Our BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang