Serabi menahan napas. Adegan ini sudah pernah dia lakukan bersama Geometri, namun sekarang rasanya berbeda. Sekarang mereka berada dalam satu ruangan, namun posisinya... Serabi tidak dalam kondisi memaksa atau mengikat Geo. Geo masih menatapnya malas. Meskipun masih dalam tahap terpaksa, namun kali ini Geo jauh lebih bebas daripada sebelumnya. Serabi mengembuskan napas sekali lagi.
"Gue nggak nyangka kita bisa sekamar kayak gini..."
Geo ingin meledak dan menghujat Serabi, namun kalimat hujatan itu berhenti. Dia masih ingin bicara lebih banyak, meskipun agak ogah juga. Percuma juga melawan Serabi. Geo bukannya kalah, namun dia yakin kalau Serabi tidak akan menyerah semudah itu.
"Selama ini kita selalu berantem, selalu berdebat. Padahal... sebenernya gue pengen deket sama lo."
Geo bungkam. Kalau Serabi ingin bicara banyak lagi, Geo siap menendang Serabi sekarang juga! Geometri ingin mencari cara agar Serabi tidak meletakkan rasa itu lagi. Sekarang... Geo sudah tahu bagaimana perasaan Serabi yang sebenarnya. Otomatis, Geo jadi keki ketika Serabi memandanginya tanpa kata.
Mungkin Serabi dalam masa pencarian jati diri? Halah, usia mereka sepadan, dan seharusnya Geo tidak perlu pusing-pusing memikirkan ini! Serabi bukan Milo yang blak-blakan. Serabi baru bergerak ketika dia terusik. Jadi kemarin ketika Serabi sibuk mencari gara-gara dengannya... apa mungkin selama itu Serabi terusik?
"Gue sayang sama lo, Ge!"
Geo menggeleng kencang. "Gini, Bi..." bisiknya.
"Apa?"
"Gue udah lama pengen bahas ini sama lo. Tapi karena kondisi kita yang lo tahu... nggak sedeket itu..."
"Mau dalam taraf apa kita harus deketan lagi, Ge?"
"Gue belum selesai, Upil!"
"Oh, oke..."
"Gue mau negasin sesuatu sama lo! Dan ini super penting karena gue nggak mau hidup gue di universitas jadi bencana!"
Serabi mengerling dan mengerjap kagum. "Gue belum bilang kalau lo imut banget pas ngomong 's'?"
"Lo beneran mau gue jegal, ya?!"
Sekarang Geo tahu kalau Milo dan Serabi ini saudara. Mereka sedarah. Mereka sama saja! Mungkin selama ini bibit budak cinta Serabi terkubur, jadi Geo baru mengetahuinya sekarang. Kalau saja Milo ada di sini bersama Kalka, mungkin mereka berdua mirip orang gila yang omongannya tidak rasional!
"Lo mau ngomong apa?" Serabi berdehem. Geo berdecak gusar.
"Lo harus setuju sama tawaran yang gue ajukan sekarang!"
"Tawaran apa? Jadi pacar lo? Setuju, setuju!"
"Tai!" Geo mengumpat sebal.
"Gue kaget, ternyata cowok semanis lo bisa ngumpat juga!" Serabi sok shock dengan umpatan itu, meskipun dia sudah sering mendengar Geo menggerutu karena ulahnya.
"Dulu lo pernah bilang gitu!"
"Ah, iya! Nggak masalah, yang jelas gue sayang lo apa adanya!"
"Lo bisa rasional dikit, nggak, Bi?"
"Oke, soal apa?"
"Gue nggak mau hidup gue susah. Lo tahu, kan kita nggak pernah akur? Lo tahu, kan tiap ketemu kita selalu aja berantem? Gue nggak mau terus kayak gitu!" Geo mengeluarkan uneg-unegnya. Kalau Serabi cukup peka, mungkin Serabi akan tahu bahwa itu mustahil ketika mereka bertemu. Jalan satu-satunya adalah... pindah kamar!
"Gue nggak akan ngelawan lo, kok! Serius!" Serabi memegang kedua pundak Geometri. Geo melongo.
"Lo bilang nggak ngelawan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jokes In Our Bed
Fiksi UmumSMA 17 heboh. Dua orang calon ketua OSIS yang paling dominan dan terpandang untuk pemegang jabatan ketua OSIS periode mendatang sedang membangun perseteruan. Musuh lama, lalu bertemu lagi dalam formalitas debat kandidat yang dipertontonkan di hadapa...