Bagian 17. Siapa yang Sudah Menyakitimu, Kalka?

788 158 4
                                    

            Riri Masih menahanku. Aku nggak tahan. Benar-benar nggak tahan. Aku ingin bertemu dengan Kalka sekarang. Tapi Riri benar-benar keras kepala. Aku tahu kalau dia adalah kapten tim, makanya dia harus kokoh. Dan aku juga punya sifat yang sama dengannya. Makanya aku nggak suka dengannya. Karena kami mirip. Sering bertolak belakang.

"Kamu naksir aku?" tanyaku ketus. Aku gemes. Riri selalu saja memaksa.

"Siapa juga yang mau naksir sama orang cuek kayak kamu!"

Aih, aku nggak cuek! Kalau ke orang yang kucinta aku nggak cuek. Kalian tahu, kan kalau aku sangat perhatian ke Kalka? Nggak ada cueknya sama sekali!

"Trus kenapa masih nahan aku di sini? Aku kebelet eek, nih!"

"Bohong!"

"Kamu jangan suka maksa! Nanti jauh dari jodoh!"

"Doamu, Lo!"

"Lepasin aku sebelum aku liar di sini, Ri!"

"Kamu mau kerasukan apa aku nggak peduli! Aku butuh saran kamu!"

"Udah, tanya pelatih aja!"

"Nggak bisa! Pelatih lagi suntuk gara-gara tim putra tanding lebih dulu!"

"Aku nggak peduli!" Aku membentak kesal.

Aku memang nggak peduli. Mau mereka apa juga aku nggak ingin tahu. Kalka masih menempati urutan pertama yang hobi membuatku galau. Dan sekarang aku nggak bisa galau hanya gara-gara tim basket putri punya masalah!

Aku subjektif memang. Juga jahat! Makasih, nggak usah muji!

"Aku harus ke Kalka sekarang."

"Tadi katanya mau eek."

"Iya, mau ajakin Kalka eek bareng!"

"Aku nggak lagi bercanda, Milo! Nanti setelah kamu beri aku saran, baru, deh aku lepasin..."

"Ternyata kamu naksir aku, ya?"

"Nggak lucu, Milo! Kamu mau duga seenaknya juga nggak akan ada gunanya. Aku udah kebal sama mulut ketus kamu."

"Kamu jahat!"

"Aku terpaksa. Ya? Nanti kalau aku udah nemu solusi, kamu aku lepas."

"Keburu masuk, nih!"

"Bolos satu jam istirahat buat nggak nemuin Kalka kan bisa!"

"Nggak bisa. Aku kangen. Waktuku dan Kalka sangat berharga."

"Kan nanti bisa ketemu pas pulang."

"Beda lagi! Kurang, dong waktunya!"

"Ayolah, Milo! Aku bisa punya cara licik biar kamu mau!"

"Contohnya?"

"Aku bisa ngancam kamu. Aku gosipin kamu homo dan naksir Kalka."

"Gosipin aja! Aku nggak peduli!"

Riri menunduk. Sepertinya dia sedang putus asa. Aku menghela napas. Bagaimana kalau Kalka menungguku? Aku nggak mau kehilangan dia. Aku mengangguk pasrah setelah itu. Mungkin Kalka nggak akan marah kalau aku bilang.

"Maafin aku..." Riri menatapku sedih. Akhirnya aku menyerah.

"Sampe bel masuk!" kataku. Riri mendongak. Matanya berkilat bahagia. Lalu dia mengangguk. Dia mengajakku ke arah gazebo. Duduk diam di sana, sembari menunggu bel masuk. Selama itu juga Riri menggunakan waktunya untuk konsultasi.

"Gimana caranya? Masalahnya, nggak ada yang bisa gantiin Gita. Dia itu kuat, Milo. Kalau cadangan, nggak bisa gantiin dia. Mustahil."

Aku mengembuskan napas. "Itu masalah gampang."

Jokes In Our BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang