Empat Belas: Jadi? Jadian?

21.9K 2.1K 571
                                    

            Begitu keduanya sampai, Rama mendorong Geo melangkah ke taman kota. Geo melongo, meronta. Dia tidak mau diajak ke tempat ini. Dia mau diajak ke Serabi. Dia tidak ada waktu. Apa Serabi belum dibawa ke rumah sakit dan menunggunya? Tidak, ini tidak benar!

Milo menyambut mereka dan menghadang Rama.

"Sudah. Sampe sini aja, Kak Ram! Mas Ge biar jalan sendiri, dia nggak perlu dianterin, apalagi digendong segala!"

Rama menatap Milo pias, sementara si Cablak mendorong Geo menjauh. Milo menunjuk ke sebuah tempat, yang mulai Geo curigai. Dia berlari, mencari keberadaan Serabi yang katanya kecelakaan. Geo berkeliling tak tentu arah. Dan di jam seperti ini taman kota lumayan sepi. Geo berkeliling, mencari keberadaan Serabi. Air matanya mengalir deras.

Ketika dia menoleh, tidak ada Milo di mana pun. Padahal tadi dia sedang mengekorinya. Bahkan Rama pun menghilang. Geo berlari, namun karena terlalu panik dan bingung, dia terjatuh. Ketika dia bangkit dan tertatih, sepasang lengan menariknya.

Geo mendongak dan melihat Serabi di depannya. Dia baik-baik saja!

Geo bingung, namun dia bersyukur Serabi baik-baik saja. Karena itulah dia menangis kencang, memeluk Serabi erat. Serabi panik. Geometri menangis. Akan tetapi hati Serabi menghangat ketika jemari Geo memeluknya erat.

"Gue nggak apa, Ge! Gue baik-baik aja!" Serabi tahu Geo gemetar sekali ketika memeluknya.

Geo masih memeluknya erat. Serabi celingukan. Takut khilaf. Padahal dia sudah memberikan Milo kesempatan untuk mencari tempat paling sepi untuknya. Meski begitu, dia tidak mau ada orang lain yang memergoki. Takut kalau Geo nantinya akan merasa insecure. Karena itulah Serabi menarik jemari Geo, lalu membawa Geometri pulang ke kos. Bahkan dia tidak memberi tahu Milo sebelumnya kalau dia kembali. Milo masih di sana, makan es cream bersama Kalka, Rama, dan juga Figi.

"Kak Rama sabar, ya! Hubungan homo-homoan itu semu, jadi bersyukur aja nggak terjun ke sini!"

Rama tahu Milo sedang menghiburnya.

"Sayangnya hubungan mereka terlalu unik dan juga murni." Figi membela. Rama patah hati lagi.

"Meski nggak ada Mas Ge, Kak Rama bisa cari orang lain!"

Rama tahu, move on untuk perasaannya yang sudah lama, sekitar lima tahun lebih sangat mustahil secepat itu. Dia bungkam mendengar celoteh Milo yang lama-lama terdengar makin menyakitkan di telinga.

Sementara itu, Serabi dan Geometri sampai di kos. Geo masih marah. Bibirnya mengerucut imut. Air mata masih menyisakan jejak di pipinya. Geo tidak tahu bagaimana bisa Serabi jadi seperti ini.

"Lo jahat! Jahat! Lo tahu gimana takutnya gue pas Milo bilang lo kecelakaan?!" Geo memukul Serabi. Kejadian ini mengingatkan Serabi pada peristiwa ketika nenek Geo meninggal beberapa minggu silam.

Serabi membiarkan Geo dengan sejuta kemarahannya.

"Maafin gue, Ge!"

"Lo tahu gue kayak mau mati rasanya?! Kalau lo juga pergi, gimana gue?"

"Maafin gue, Ge! Gue udah nggak tahu harus gimana lagi selain dengerin usulan dan saran Milo! Gue udah putus asa! Lihat lo sama Rama bikin hati gue sakit!"

Geo mencebik. "Lo bisa sama orang lain, kenapa gue nggak?"

Serabi menangkup kedua pipi Geometri. "Lo sayang gue?"

Geo menatap mata Serabi lurus. "Kenapa kalau iya?"

Bibir Serabi melebar. Hanya dengan balasan ketus ala Geometri, hati Serabi serasa lengkap. Dia tidak membutuhkan apa-apa lagi! Jemari Serabi memeluk Geometri sayang, meluapkan rasa penuh sesal yang menyelinap dalam hatinya beberapa hari ini. Serabi tidak ingin kehilangan sosok ini sampai kapan pun!

Jokes In Our BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang