Serabi mengacak rambutnya gusar. Meskipun masih mahasiswa baru, namun dia sudah diserahi tanggung jawab yang sangat besar. Serabi mengembuskan napas. Beberapa saat lalu dia diberi tugas. Salah satunya pelatihan berjalan dan sejenisnya. Dulu Serabi menggoda Milo ketika Milo bercerita jadi perwakilan "Putra dan Putri Sekolah". Sekarang dia kena karma.
"Salah, Bi! Salah! Jalannya jangan gitu!"
Serabi ingin mengumpat. "Kenapa gue harus jalan kayak yang lo bilang?"
"Lo tuh tinggi, cakep juga! Sayangnya cara jalan lo itu kayak orang ogah-ogahan, tahu, nggak?" Kakak angkatan yang lain berkomentar.
Kalau aja kalian bisa bawa cowok kriwil itu di depan gue, gue bakalan jalan cepet bahkan gue bisa lari!
Mendadak Serabi kangen sekali dengan anak itu! Ini sudah malam dan Serabi tidak tahu apa Geo sudah makan sekarang. Dia tidak bisa mengirimi Geo pesan karena HP-nya disita. Serabi tidak tahan lagi. Katanya HP-nya akan dikembalikan kalau Serabi bisa berjalan dengan benar.
Hanya itu motivasi Serabi agar bisa cepat pulang dan menghubungi Geometri. Serabi benar-benar cemas, bagaimana kalau Geo belum makan? Serabi cemas dan juga khawatir sekali. Acaranya baru selesai pukul sepuluh malam. Ketika sampai di kos, jemarinya membuka pintu kamar mereka.
Lalu langkahnya terhenti.
Di depannya, bocah kriwil itu sedang tertidur. Kaosnya terangkat hingga dada. Perutnya terlihat. Serabi baru tahu kalau di dekat pusarnya ada tahi lalat dua biji. Lucu. Dan Serabi ingin mengganggu tempat itu. Hal yang membuat hati Serabi menghangat lagi adalah ketika dia melihat dua bungkus nasi di dekat kasur.
Jemari Serabi bergerak. Dia mengguncang lengan Geo perlahan. Orang yang dibangunkan mengucek matanya sebentar, lalu bangkit sambil menguap.
"Baru balik?" tanyanya serak.
Aduh, kalau terus begini, bagaimana Serabi bisa melupakannya? Serabi mengangguk, mengacak rambut Geo sekilas.
"Lo baru tidur?"
Geo mengangguk pelan. "Iya."
"Maaf kalau gue gangguin lo tidur."
"Nggak apa, gue juga rencananya nunggu lo."
"Eh?"
"Lo udah makan? Gue beliin makan tadi. Itu, gue juga belum makan."
Dugaan Serabi tidak meleset. Dia menelan ludah. Sekarang apa yang Milo katakan sudah terbukti. Selama ini dia yang bersalah. Dia yang terlalu pengecut dan juga terlalu mudah menyerah untuk mencari muka pada Geometri. Padahal Geo bukannya mengusir, namun dia butuh sebuah alasan yang bisa dipercaya. Geometri terlalu trauma. Milo benar, deh pokoknya! Dia sakti! Bisa tahu hal-hal yang tidak ada teorinya!
"Kenapa lo nggak makan duluan?" Serabi merasa hangat, namun sedih dalam waktu yang bersamaan.
"Kan gue nungguin lo. Biasanya lo makan kalau gue udah makan. Sesekali gue juga harus ngerasain jadi lo..."
Kalau boleh, Serabi ingin menerjang cowok kriwil ini sekarang juga! Sayangnya dia tidak boleh begitu. Nanti kalau Geometri menghindar dan semakin jauh bagaimana? Sudah susah payah menariknya mendekat, tahu!
"Ayo makan!" Serabi menarik lembut jemari si Kriwil dan membukakan salah satu nasi bungkus untuknya. Geo menurut. Serabi menatapnya tanpa kata, hingga akhirnya dia berbisik lembut, "Kalaupun gue nggak ada, lo harus makan! Lo harus mikirin diri sendiri baru orang lain!"
Geo mengunyah, namun bibirnya masih bertanya pelan, "Lo sendiri gimana? Kalau gue belum makan, apa lo bisa makan?"
Serabi bungkam. Geo tahu jawabannya, karena itulah dia berani bertanya seperti ini. Sekarang Serabi punya banyak sekali kabar yang harus Geo ketahui. Serabi tidak ingin Geo menunggunya terlalu lama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jokes In Our Bed
General FictionSMA 17 heboh. Dua orang calon ketua OSIS yang paling dominan dan terpandang untuk pemegang jabatan ketua OSIS periode mendatang sedang membangun perseteruan. Musuh lama, lalu bertemu lagi dalam formalitas debat kandidat yang dipertontonkan di hadapa...