Bagian 15. Dulu Kalka Cium Aku Untuk Apa?

1.2K 155 2
                                    

            Kalka masih duduk manis di boncenganku. Hatiku terasa sangat hangat. Tapi dia nggak mau kuajak mampir. Dia maunya langsung pulang saja. Padahal ada orang yang sudah menunggunya di rumah. Berkali-kali aku dipaksa membawa Kalka ke rumah.

"Kapan mampir lagi ke rumah, Kalka?" tanyaku cepat. Kalka mengembuskan napas dan menggeleng.

"Nanti kalau sempat, ya!"

"Mama kangen kamu. Nanyain terus."

"Salam buat mama Milo, ya! Maaf saya belum bisa berkunjung akhir-akhir ini."

"Mama bilang, Kalka adalah cerminan cowok berbudi luhur. Anak SMA yang baik harusnya kayak Kalka."

"Aih, mama Milo bisa saja."

"Emang bener, sih! Kalka nggak pernah bikin aneh-aneh."

"Tapi kan saya sudah aneh."

"Kalau ada yang bilang kamu aneh, dia harus berurusan sama aku!"

"Nggak begitu, Milo! Tapi saya memang beda."

"Iya, kamu beda. Kamu yang bisa bikin aku deg-degan."

"Aih!"

"Jangan takut untuk jadi diri sendiri, Kalka! Meski mereka bilang kamu banci atau bicara buruk di depanmu, jangan pernah takut! Ada aku..."

"Yang paling menyeramkan adalah mereka bisa bertingkah baik di depan saya, Milo!"

"Kalka nggak bisa pura-pura baik juga?"

"Susah. Saya sudah dengar yang jelek. Saya nggak pandai berpura-pura."

"Iya. Kalka tenang aja! Kalau nanti ada yang kayak gitu, Kalka tinggal bilang ke dia gini, 'Aku kenal Milo!'..."

"Nanti mereka takut?"

"Nggak. Mereka nggak kenal aku, sih..."

Kalka tergelak. Dia nggak marah. Aku nggak tahu apa yang harus kulakukan sekarang ini. Aku nggak tega. Aku nggak ikhlas membiarkannya terluka. Aku nggak mau dia kenapa-napa.

"Milo..."

"Hm?"

"Saya mau ngomong..."

"Boleh. Aku juga sayang kamu, Kalka!"

"Aih, bukan ngomong yang begitu!"

"Ngomong yang bagaimana? Aku cinta Milo? Bukan sekadar sayang?"

"Milo, ih!"

"Iya, Kalka mau ngomong apa?"

"Lama-lama hati saya jadi aneh kalau deket kamu."

"Aku emang udah aneh sejak dulu, Kalka."

"Aneh dalam artian yang berbeda."

"Seperti?" Aku melambatkan laju motorku. Aku ingin dengar semua yang Kalka ucapkan. Aku ingin tahu banyak hal tentang pemikirannya.

"Tiap nggak ada Milo, saya ingin cari."

"Aih, beneran?"

"Sebelum tidur, saya selalu bayangin kejadian-kejadian apa saja yang saya alami bareng Milo waktu siang..."

"Setiap mau bobok?"

"Iya. Dan juga... tiap denger Milo panggil nama saya, jantung saya deg-degan parah."

"Kalka seneng?"

"Seneng. Tapi aneh..."

"Aneh?"

"Saya nggak tahu kenapa saya bisa kesal, tapi dalam satu waktu saya ingin terus menatap Milo dan nggak mau jauh..."

"Aih, aih, aih!"

Jokes In Our BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang