Ramuan 11. Miss Someone As We'll Die Tomorrow

14.1K 2.2K 258
                                    

Bertemu,

(v) Sebuah kemungkinan dari Nasib.

Geo menatap Milo dan Kalka yang sedang saling senggol. Dia tidak tahu kenapa dua sejoli ini mengganggunya sejak pagi. Padahal hari ini Geo ingin izin tidak ikut olahraga. Semalam dia belum cukup tidur. Abith berkunjung ke rumahnya, lalu memaksanya main games sampai dini hari. Abith menginap. Geo mengusir beberapa kali, namun semalam Abith sedang suntuk. Geo tidak berminat bertanya, karena nanti Abith pasti akan cerita panjang dan membosankan.

Karena itulah... demi mencapai sebuah ketenangan dalam hidup, Geo tidak bertanya apa pun selain mengusir. Dia tidak mencari cara untuk bertanya ataupun sedikit mengungkit alasan Abith merusuh ke rumahnya. Geo tidak tertarik. Kedua orang tua Geo masih sibuk. Ayah ada di Surabaya. Katanya ada proyek baru yang penting. Ibu? Ibu ke Yogya. Katanya ada perjalanan bisnis. Geo tidak bertanya apa pun, karena mereka menganggap Geo hanya butuh uang. Mereka sudah memberikan uang saku pada Geo, dan akhirnya menutup telepon dengan sangat tergesa. Geo tidak ingin menuntut ataupun mengadu.

"Kalian berdua ngapain di sini?" Geo bertanya gusar. Dia kembali sadar di mana dia berada sekarang. Milo dan Kalka saling menyenggol. Milo menyenggol Kalka mesra, tidak terlihat senggolan desakan dan sejenisnya.

"Anu... Mas Ge..." Milo menjawab dengan gugup. Dia bingung harus mencari jawaban seperti apa, karena keberadaannya bersama Kalka adalah untuk mencari sebuah kepastian.

Milo sudah tahu siapa yang sudah menolong Serabi, dan sekarang dia bingung harus bagaimana. Kalka juga sudah diberitahu dan diajak merahasiakan. Kalka mengerti, karena itulah dia juga mengangguk paham. Dia tidak akan bocor sebelum sesuatu yang buruk terjadi!

"Ada apaan?"

"Mas Ge... anu..."

"Apaan, sih?"

"Mas Ge udah sarapan?"

"Lo mau nraktir gue?"

Milo menggeleng. Kalka mencubit lengannya gemas. Kalka berdehem, lalu menatap Geo sambil tersenyum. Dalam beberapa sifat, mereka berdua mirip. Meskipun Geo lebih meledak-ledak dibanding Kalka.

"Kak Geo... begini... sebenernya, kami mau ajak Kak Geo makan bareng."

Geo menggeleng. "Gue udah sarapan, Kalka. Makasih udah nawarin."

Milo mencebik. "Seriusan udah sarapan?"

Geo mengangguk jumawa. Dia tidak ingin memamerkan sesuatu yang receh, namun karena dia berniat menolak ajakan Milo, maka terpaksa dia harus menyetujui usul Milo.

"Gue udah bisa masak sejak dulu! Udah, ah! Sekarang gue mau ke UKS, mau tidur."

"Mas Ge belum tidur?"

"Semalem Bang Abith gangguin gue!"

Milo melongo dan mengangguk paham. Dia tahu bagaimana kedekatan Abith dan Geometri, jadi semua itu beralasan. Kalka dan Milo pamit undur diri, sebelum dia mengatakan sesuatu.

"Mas Ge... hari ini Serabi masuk."

Geo merinding. Dia belum siap bertemu Serabi. Maksudnya, dia memang tak peduli dengan balas jasa dan sejenisnya, namun... seperti yang Milo katakan padanya, Serabi dan keluarganya sedang mencarinya. Geo bersyukur sudah berbohong tentang nama dan alamatnya.

Sekarang mereka tak akan pernah bisa menemukannya! Eh, belum tentu, Geo! Dokter Rian sudah melihat wajahmu!

Geo melangkah gontai menyusuri halaman sekolah, hingga sebuah ojek berhenti di depan gerbang. Seseorang turun dari sana. Geo spontan menghentikan langkah. Seseorang turun dari boncengan tukang ojek, menyerahkan helm, lalu melangkah percaya diri masuk ke dalam gerbang.

Jokes In Our BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang