Kami pulang. Pulang ke rumahku. Hari ini kedua orang tuaku sedang nggak ada di rumah. Hanya ada aku di rumah. Karena itulah aku ajak Kalka pulang ke rumahku. Aku nggak tahu kenapa jadi begini. Aku sudah nggak tahan lagi. Kubonceng dia ke rumahku. Kutarik jemarinya lembut untuk masuk. Kukunci pintu depan. Lalu aku menariknya ke kamarku. Kamarku juga kukunci.
Kalka menunduk. Bibirnya megap-megap.
"Milo..." bisiknya. "Saya malu..."
"Nggak usah malu, Kalka! Nggak ada orang..."
Semuanya jadi ambigu. Lalu aku menciumnya lagi. Kali ini menuntut. Kugiggit bibirnya. Dia melenguh. Otak kotorku bekerja. Lalu kulesakkan lidahku. Dia menyambut. Kami bertarung lidah di dalam mulut Kalka. Kalka kehabisan napas. Aku menunduk. Kukecup lehernya.
"Jangan tanda, Milo! Jangan...!" rintihnya.
Aku mengerti. Karena itulah aku cari tempat lain yang nggak terlihat. Aku menggigit putingnya. Menghisap dadanya. Menjilat perutnya. Rasanya? Kalau kalian tahu... rasanya aneh! Aku merasa belum cukup dan terus menuntut.
"Milo... Ngghhh..."
Aduh, tumpul sudah! Aku nggak tahan. Kubuka seragam Kalka sedikit menggoda. Kubisiki dia kalimat-kalimat cinta. Kalka mencengkeram punggungku. Aku berhasil melucuti seragamnya sebelum Kalka menggeleng dan memohon. Pipinya bersemu.
"Aku mau lihat yang bawah!" bisikku.
"Saya malu..."
"Jangan malu!"
"Tapi saya malu..."
"Kenapa malu?"
"Karena itu Milo..."
Aku menggeleng pelan. Kukecup kedua matanya. Kalka terpejam. Aku membuka seragamku. Hanya ada celana dalam sekarang.
"Kalau Kalka buka, aku juga buka."
"Tapi malu, Milo..."
Kuterjang Kalka kembali. Aku sudah nggak tahan. Jemariku masuk ke dalam celana dalamnya. Kalka mendesah.
"Jangan begitu, Milo!"
"Aku janji nggak buka, kok! Tapi aku masuk."
"Milooooo..."
"Maaf, Kalka! Cowok di depanmu ini penuh dengan pikiran kotor. Apalagi kalau disuguhi yang begini!"
"Milo sudah pernah?"
"Belum. Sama kamu pertama. Jadi, biarkan aku belajar!"
"Milooo..."
"Kalau sakit, Kalka bilang, ya!"
"Milo, Milo... tunggu!"
Aku pernah dengar kalau first sex pasti sakit. Aku nggak mau Kalka sakit. Jadi aku mencoba untuk membuatnya nyaman dan percaya. Bibirku nakal. Dia menuntut lebih. Bibirku malah ingin menjelajahi seluruh tubuhnya. Kalka mencengkeram rambutku.
Aku tahu kalau dia cemas dan malu.
Tapi aku sudah nggak bisa mundur. Ingat, Milo! Kamu masih anak SMA! Masih belum puber! Kamu masih kecil!
Kalka menggeleng pelan.
Aku tersenyum. Aku nggak akan nakal lebih, kok! Sungguh!
"Kalka takut?" Kuusap kepala Kalka lembut. Kalka menggigit bibirnya dan mengangguk.
"Tapi tadi..." Kalka menunduk. "Milo sudah lihat semuanya. Bahkan sudah... jilat."
"Nggak apa, aku seneng. Kalka nggak seneng?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jokes In Our Bed
Ficção GeralSMA 17 heboh. Dua orang calon ketua OSIS yang paling dominan dan terpandang untuk pemegang jabatan ketua OSIS periode mendatang sedang membangun perseteruan. Musuh lama, lalu bertemu lagi dalam formalitas debat kandidat yang dipertontonkan di hadapa...