3. Confess

118 18 3
                                    

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

Vote keberapa?

Sejauh ini kebayang gak gimana sifatnya Yeonjun?
:)

Happy Reading 🤗

Katanya hari ini acara yang dibuat anak organisasi, organisasi intra sekolah tapi. Organisasi kayak yang aku jalanin nggak bisa berdiri sendiri, ada sih yang jalan beberapa ngikutin lomba yang diadain diluar sekolah, tapi aku nggak aktif kalau untuk urusan itu.

"Lea, masak sih gak mau ikutan ngelengkapin personilnya?"

Aku gelengin kepalaku, udah ada sejam anak ini ngebujuk aku buat ikutan ngisi acara anak OSIS. Ya nyanyi sukarela aja, nyumbangin lagu biar makin meriah acaranya.

"Lah, suara kayak tikus gini kamu suruh ikutan? Aku nggak bisa nyanyi, jangan maksa. Nanti yang ada malah diketawain satu sekolah!"

Saking capeknya aku ngebantah sekarang lagi coba kasih penjelasan baik-baik. Aku masih fokus sama bacaan ku, lagi mau ngerangkum buat ujian bulan depan.

"Iya, suaranya kayak tikus kejepit. Hehhehe!"

Astaga, mataku langsung besar waktu dengar ada yang ngomong kayak gitu. Aku lihat ke arah pintu UKS yang lagi gak di tutup Yeonjun berdiri disana. Nyenderin badannya di pinggir pintu, sambil ngelipat kedua tangan didepan dada.

"Matamu kejepit! Ngapain kesini?" Tanganku udah ngepal erat diatas buku, sebenarnya tinggal siap-siap aja buat ninju bibir Yeonjun yang masih ada bekas birunya itu.

"Keep calm mbak tikus!"

Temanku yang dari tadi disebelah lagi nahan ketawanya sampai nutup mulut.

"Lea, aku keluar dulu ya!" Dan dia lari ninggalin aku berdua aja sama sumpit mie ayam ini.

"Yah, ditinggal deh! Mau aku temanin gak?"

Mukanya dipasang sok dramatis, lalu alisnya naik sebelah dengan raut super jahil nan menjijikkan itu.

"Aarghh!"

Aku langsung berdiri tadi, ngedekat ke dia buat pijak kakinya. Sebelum itu mukanya udah kege-eran banget sambil senyum-senyum.

"Tenggelam saja sana, jadi murid sotong raksasa biar dapat tinta hitam. Emang sialan kamu ya!"

Ku dorong Yeonjun biar menyingkir dari pintu, niatku mau belajar sambil jaga UKS malah pupus karena presensi nya yang gak pernah kuharapkan itu. Entah dari sekian banyak acara dan ruangan di sekolah ini kenapa harus UKS yang dia cari?

"Lea, Lea!"

Tanganku ditarik sebelum jauh, kalau nggak kuat nahan badanku sendiri udah jatuh dari tadi.

"Kamu harus tanggung jawab!"

Dia masang muka kesal didepanku, hentakin kakinya kayak anak kecil. Untung aja lorong UKS sepi, kalau nggak si setan ini sudah habis malu karena bandelnya gak sinkron sama mukanya sekarang.

"Kenapa? Kamu hamil emangnya?"

"Astaga! Lea? It's you?"

Tuh, dia mulai lagi. Aku udah ngangkat satu tangan. Mau nampar mukanya pakai buku yang lumayan tebal ini, tapi dia lebih cepat. Nahan tanganku yang udah turun dan dikit lagi bukunya kena ke muka.

"Kamu kasar banget sih? Gak boleh tahu perempuan kasar-kasar!"

Aku narik tanganku, nggak muka yang kupukul tapi bahunya. Sampai dia ngeringis.

"Yeonjun, jangan ganggu sehari aja!"

Kepalanya gerak kanan kiri, dia natap aku sedikit lebih serius kali ini.

"Kalau kamu lihat aku main basket sekarang, aku bakal diam! Deal?"

*****

Emang gak ada yang bisa ngalahin keras kepalanya Yeonjun. Batu karang aja bukan tandingannya. Udah lama banget rasanya gak ngelihat pertandingan basket se-serius ini kalau bukan karena Yeonjun yang minta. Katanya diakhir dia bakal kasih kuis kecil tentang permainannya, kalau aku bisa jawab dia bakal gak ganggu selama dua hari kalau aku gak bisa jawab dia minta aku nemenin dia latihan basket selama seminggu.

'Prangg!!'

Itu Yeonjun, dia berhasil melakukan shooting lagi. Nggak sekali dua kali dia dapat sorakan semangat dari adik kelas diujung sana. Dimana letak karisma nya aku juga belum tahu, mungkin karena mereka hanya jadi pengagum jarak jauh jadinya gak tahu sifat nya anak nakal itu gimana.

"Ya' Lea! Lihat tuh Yeonjun lihat kesini!"

Aku tahu, dia bahkan ngedipin satu matanya kearahku. Dan gak ku gubris, biar saja itu jadi bahan salah pahamnya siswi disini, biar yang ada dibelakangku merasa kedipan itu buat mereka.

"Nggak tahu ah, buram! Males banget sebenarnya aku kesini, buang waktu."

Sia-sia waktuku, harusnya udah lembar keberapa ini? Gak ada yang bisa dilakuin lagi, bodohnya aku baru sadar kalau ini akal-akalan Yeonjun. Terserah, terserah dia mau bilang apa. Aku udah gak sabar mau pergi dari sini sekarang juga.

'Priiitt!"

Dan kebetulan pluit udah dibunyikan buat sesi pertandingan kelasnya Yeonjun.

"Selamat Yeonjun, aku jadi nonton sesimu sampai selesai!" sarkasku waktu dia lari kearahku sambil ngembangin senyum tidak tahu dirinya.

"Selamat untuk kemenanganku? Kamu gak liat benar-benar ya? Aku menang tahu!"

Bahuku ku angkat ringan, aku gak tau sampai mana skornya. Mereka terlalu hening untuk ukuran sebuah perayaan dari pertandingan kecil itu. Semua bersorak, gak dengar siapa yang diumumkan karena gak pakai mic. Aku juga sempat menutup mata tadi!

"Mau menang, mau kalah. Aku dapat apa coba?"

memang tidak ada kesepakatan untuk itu, hanya menonton sampai selesai kan?

"Sudah ya, jangan ganggu aku selama dua hari!"

Yeonjun nggak bisa dibilangin kayaknya, belum dua hari dan baru dua detik dia udah ganggu aku. Tanganku dicekal nya lagi.

"Gabisa, kamu gak tau kalau aku menang tadi!"

Aku nganggukin kepalaku, "Dan aku gak peduli sama aturan bodohmu! Cari pacar sana, kurang belaian ya?"

Tanganku terlepas gitu aja, bagus! Dia kayaknya merasa tersindir dengan ucapanku. Lihat air mukanya yang mendadak berubah pasrah.


"Lea, kamu mau gak jadi pacar ku?"

.
.
.

TBC

.
.
.

Don't forget to Voment

C U!!

C U!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
How Feels? || Choi Yeonjun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang