61. the End of Us (?)

32 4 0
                                    

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

Happy Reading 🤗

Reva ~

"Kak, aku mau ketemu jam istirahat nanti"

Aku gak buka room chat nya, cuma baca dari pop up layar yang muncul pada deret paling atas di handphone ku. Untukku pertemuan apapun dengan adik kelas yang menyebalkan itu gak ada gunanya. Aku juga gak bisa banyak berbuat selain ikutin maunya buat jauhi Yeonjun.

Siang ini aku juga harus ikut ke Bandara buat anterin ibu dan juga om Reihan yang mau pergi ke Singapura. Jalannya udah ditentuin sama Tuhan, aku gak bisa juga ubah keputusan ayah dan ibuku yang mau berakhir pisah.

"Masih pagi sudah melamun, mau minum?"

Deva?

Dia ulurin sebotol air mineral buatku, kebetulan aku butuh sekali untuk membasahi kerongkongan ku yang kering karena belum dilewati apapun sejak bangun tidur tadi. Aku nyaris terlambat, Yeonjun juga udah pergi duluan tanpa membangunkanku. Kuanggap dia marah, marah karena kejadian semalam.

"Makasih!"

"Sama-sama! Boleh duduk?" tanyanya

"Boleh, kenapa nggak?"

Dia terkekeh, menggeleng kan kepalanya setelah mengambil posisi disampingku. Untukku Deva punya aura berbeda dari laki-laki manapun yang pernah ku kenal. Baik itu Yeonjun, Raka, Daren atau Kenzo sekalipun.

"Aku pikir mainmu gak bakal ke area anak IPS. Ternyata cukup berani juga ya?"

"Kenapa harus takut?" Aku balik bertanya

"Iya juga sih, kenapa coba most popular girl dari 12 IPA harus takut? Mungkin karena aku gak pernah punya teman kayaknya, pola pikirku nerd sekali!"

Aku menepuk pundaknya, "Serius saja, mana mungkin tidak punya teman. Kutu buku ya?"

Dia menggeleng cepat, "Tidak juga, bukan karena itu!"

Ekspresi nya berubah, tersenyum tapi hambar. Semacam mengingat sesuatu yang tak ingin diingat. Aku bisa paham perasaan seperti itu kadang kala muncul dan dapat menghancurkan suasana.

"Apapun itu, jangan dipikirkan. Kita berteman!"

Tanganku ringan sekali terulur didepannya. Tidak biasanya sikapku seperti ini dengan orang baru. Serius saja kalau Deva ini mungkin berbeda.

"Eh? Jangan, nanti pawangmu datang. Tempat terbuka yang siapa aja bisa laporin ke pacarmu!"

Tidak ku gubris, aku menarik tangan nya. Menjabat dengan benar seraya tersenyum. Senyum pertamaku untuk hari ini.

"Pawang apaan sih? Pawang hujan? Saya gak punya pacar tahu, lagian kita berteman bukan pendekatan. Atau kamu yang berpikir begitu ya?"

"Enggak, serius!"

Matanya membulat besar, dengan dua jari terangkat di depan wajah. Kupikir aku saja yang hobi melakukan sign piece ternyata ada beberapa sejenis Deva.

"Yasudah, berteman ya berteman. Tidak peduli orang bilang apa! "

Deva mengangguk, senyumnya jauh lebih lebar. Aku gak bisa kasih banyak harapan apapun ke semua orang di dekatku. Bukankah pada awalnya semua sama? Kami hanya teman kan? Tidak ada yang benar-benar bisa membuka hatiku.

How Feels? || Choi Yeonjun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang