71. the Option

28 3 0
                                    

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

Happy Reading 🤗

"Waktu ujian lima belas menit lagi. Cek ulang apakah sudah diisi dengan benar karena tidak akan ada ujian ulang!"

Ujian akhir nasional hari pertama, yang jelas selalu dibuka dengan mata pelajaran bahasa Indonesia. Aku sudah selesai sekitar sepuluh menit lalu, hanya tinggal memeriksa dan memastikan kolom jawaban terisi sempurna tidak melewati batasnya.

Seisi kelas kelihatan tenang, memang tenang sekali. Siapa pula yang membuat keributan untuk meminta contekan di mata pelajaran bahasa sendiri ini. Walaupun memungkinkan, tapi masing-masing siswa punya kode berbeda di soalnya, sedikit sulit untuk mencocokkan jawaban.

Aku melihat ke depan sana, Yeonjun dengan seriusnya membaca soal berulang kali. Punggungnya tegak, tidak seperti hari biasa yang baru dua puluh menit ulangan sudah menumpukan kepalanya diatas meja. Dia mungkin sangat bersungguh-sungguh untuk ujian kelulusan.

Kring! Kring! Kring!

Bel pulang berbunyi, hari ini lebih cepat, sebab besok akan ada dua mata pelajaran sekaligus. Alarm penanda ujian berakhir juga sudah berdering dari meja pengawas, memang seketat itu guru pengawas dari SMA Harmoni, SMA nya Kenzo dan Ansel.

"Tinggalkan ruangan dalam waktu dua menit!"

Aku memasukkan papan ujianku kedalam tas, berikut peralatan tulis lainnya juga kartu ujian. Aku harus pulang cepat buat belajar fisika bareng sama Sarah.

"Lea, aku duluan ke parkiran ya." Sarah buru-buru keluarin kunci mobil nya dari dalam tas. Dia memang paling semangat kalau sudah bel pulang.

"Iya, aku nyusul. Mau ke toilet dulu!"

Sarah sebenarnya cukup mengerti akan kebiasaan ku setelah lama berkutat di dalam kelas. Aku perlu mencuci mukaku segera agar tidak mengantuk dan lebih segar.

"yak!"

Aku nyaris memekik ketika bahuku di tabrak kasar saat keluar pintu. Pelakunya Sean, dia gak noleh sedikit pun kebelakang.

"Wah, gila tuh!" Aldo disebelah ku menepuk jidatnya, mendumel seperti kakek tua yang mendadak kumat asam urat nya.

Gak lama Yeonjun keluar dari kelas juga dengan berlari. Tasnya yang hanya tersandang sebelah itu dipegangnya erat agar tidak jatuh dari bahunya. Setelah itu dia berbelok, tepatnya kearah tangga menuju lantai atas.

"Lea, kenapa masih disini sih?"

Aku menutup telinga ku, pasalnya Aldo itu bicaranya tidak santai, dia malah membentak di sampingku. Karena suaranya beberapa orang menatap kami dengan sinis, bahkan guru pengawas yang masih ada didalam kelas.

"Hei, ada apa itu?"

Tanganku ditarik Aldo, dia juga ikutan berlari kayak Yeonjun tadi. Membawa langkahku menuju tangga lantai atas. Cepat sekali sampai tidak memberiku jeda untuk menarik nafas barang sedetik.

"Apa-apaan ini? Ngapain tarik-tarik saya Aldo?"

"Ck, kamu harus jadi penengah buat mereka Lea!"

Firasat ku tidak enak, Yeonjun mungkin akan bertengkar lagi seperti yang sudah-sudah. Tapi kali ini apa lagi? Masalah apa dan dengan siapa sampai diriku harus turut terlibat didalamnya?

How Feels? || Choi Yeonjun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang