🌼
🌼
🌼
🌼
🌼
🌼
Jawab apa kira-kira?
Yes/No
Sorry banget sebelumnya kalau setiap chapter ini gak banyak, gak tau kenapa ngerasa bakal terlalu ngebosenin kalau langsung sekali drop.
Tapi bakal sering update
Paling tidak sehari sekali😁
Oke...
Happy Reading
Langkahku langsung berhenti, kayak ada magnet dibawah sepatuku sekarang ini. Aku ngepal tanganku dan balik badan ke arah Yeonjun.
"Apa-apaan sih?"
Mungkin suaraku terlalu keras, semua orang yang ada di lapangan lagi ngasih atensinya ke aku. Malu? Tentu, tapi marahku lebih besar saat Yeonjun dengan santainya tersenyum di sana.
"Gak jelas ya?"
"Lea, jadi pacarku mau?"Plakk!
Aku ngerasa tanganku panas sekarang, kulihat semuanya jadi berbisik disana. Yeonjun? Dia cuma bisa lihat kebawah kurasa.
"Cukup ya! Saya, capek sama situ Yeonjun!"
Iya, aku yang nampar Yeonjun. Kurasa dia perlu sekali diberi pelajaran, dan aku bukan tipikal orang yang bakal nahan emosiku cuma-cuma. Ini udah toleransi kesekian yang gak bisa kukasih lagi sama Yeonjun.
"Lea! Udah Lea!"
Datang darimana aku gak tahu, ada yang nahan tanganku padahal udah turun dari tadi.
"Kamu buat Yeonjun jadi pusat perhatian semua orang!"
Damn, dan bahkan Yeonjun masih punya sisi yang berpihak ke dia. Aku terlihat seperti penjahat sekarang.
*****
Buku tanganku memutih sekarang. Mukaku gak tahu harus ditaruh dimana setelah kejadian itu. Udah lima belas menit aku didalam toilet cuma karena gak siap ngelihat dan terima komentar negatif orang tentang ku.
"Kamu keterlaluan, Lea!"
Gak ada yang bisa kulakukan sekarang, aku mulai gigit kuku ku secara nggak karuan. Yeonjun, apa aku harus minta maaf sama dia?
Baru aku mau keluar dari toilet aku dengar suara beberapa orang yang masuk.
"Wah, gila ya si Lea nolak Yeonjun kasar banget!"
"Sumpah, sok cantik banget dia sampai jual mahal sama seorang Yeonjun."
"Bener, kalau aja dia tahu Yeonjun itu anak donatur terbesar sekolah ini dia bakalan berlutut minta maaf!"
Matilah dirimu, Lea!
Aku mengutuk bukan karena menyesal karena udah nolak Yeonjun. Aku marah sekali dengan diriku yang tidak punya kontrol atas emosiku. Ini mungkin agak sedikit mengganggu, sebentar atau lama aku gak tahu, dan gak mungkin aku cuma diam didalam toilet entah sampai kapan.
'Gotcha!'
Pintu sempurna terbuka, mereka kaget bukan main. Aku pura-pura jalan biasa sambil ngerapiin bajuku.
Apa? Aku gak dapat aksi pelabrakan seperti di tv yang kutonton. Kali ini aku percaya sama ibu, kenapa harus nunduk kalau kamu gak salah, dan kenapa harus takut kalau kamu korbannya?
Konyol, tapi untuk sekarang aku mengakui akulah korban dari semua perbuatan nggak masuk akalnya. Just calm, Lea! It's not big problem. Kamu benar disini.
"Kak Lea!"
Senyumku terukir kecut waktu tahu siapa yang manggil namaku disana. Anak kelas 10 itu lagi, ah siapa namanya?
Reva?
"Kak Lea, bisa ngomong sebentar?"
Dan aku sebaik itu untuk mengiyakan nya.
"Boleh!"
*****
Ada banyak detik dihabiskan cuma untuk dengar tarikan nafas satu sama lain. Kadang aku ngerasa kerongkongan ku kering dibeberapa kesempatan, udah gatel banget ingin dibasahi sedikit air.
"Saya punya beberapa urusan. Ngomong sekarang atau nggak sama sekali!" Akhirnya aku yang buka pembicaraan lebih dulu, dia gak ada bedanya sama Yeonjun menurutku, Hama.
"Makasih kak!"
Gila, setelah lama diam gak jelas cuma kata itu yang bisa keluar dari bibirnya. Aku ingin ketawa detik ini juga, klise sekali.
"Saya nolak bukan karena lihat kamu disana. Karena yeonjun memang bukan tipe saya!"
Tatapannya melembut, dia menatap sepasang sepatu di kakinya dengan tangan yang turut memeluk kedua lututnya. Bukankah keterlaluan dia bersikap sesantai ini? Tapi entah kenapa aku malah jadi tertarik dengannya.
Reva narik senyumnya, aku jadi beneran gak waras untuk kali ini saja. Bravo, Yeonjun buat ini jadi makin rumit. Kenapa aku harus ada ditengah alur percintaan kuno antara adik dan kakak tingkat ini.
"This time to you, saya tidak mau ikut campur apapun lagi!"
Kata itu ngalir tanpa hambatan dari mulut ku. Aku patut mengapresiasi kejujuranku disetiap detiknya.
"Aku pegang ucapan kakak. It's not first time you say that! Sekali terima kasih banyak!"
Tatapan kami bertemu, binar matanya sirat sekali akan kebahagian semu itu. Aku diam, tapi hatiku menjawab penuh ironi, "Sama-sama!" geli sekali rasanya.
Aku cuma bisa memijat pelipisku pelan sambil tertawa, kenapa semuanya jadi mendramatisir ini? Sehebat apa Yeonjun itu, aku ingin tahu.
Tanganku melambai, seolah ada orang disana. Sekali lagi, dia benar. Ini bukan pertama kalinya aku bilang seperti itu.
"Kamu gila Lea!"
****
TBC
Don't forget to Voment 🤗
Uri Yeonjunieeeeeeee
(I'm Going crazy cuz Him🤪)
KAMU SEDANG MEMBACA
How Feels? || Choi Yeonjun ✓
Novela Juvenil[REVISI] "Keparat, setan alas!" Lea mungkin bisa sekali dua kali menoleransi seseorang dengan kadar menyebalkan selayaknya. Tapi tidak untuk Yeonjun, Masa SMA nya jadi terasa penuh emosi setiap kali Yeonjun membuat ulah. "Diem gak!" "Aku cuma berna...