44. One night story

35 7 2
                                    

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

Happy Reading 😁

"Uhuk!"

Siapa yang seperti mau mati karena termakan asap? Ralat tersedak asap lebih tepatnya.

"Bacot!" ketusnya

"Saya serius Yeonjun. Sudah saya coba dua batang rokok kemarin sore. Hebat bukan?"

Yeonjun menjatuhkan puntung rokoknya dilantai, menginjaknya dengan sepatu sampai benar-benar padam. Dia lalu menatapku, kami saling bertatapan.

"Terlihat seperti pembohong ya?" ucapku.

Aku mengulurkan tangan didepannya, "Kasih aku satu, biar aku sulut dan biarkan satu sampai dua hisapan. Kamu butuh bukti kan?"

Kupikir Yeonjun gak akan gubris ucapanku. Dia berdiri, mengeluarkan apa yang kuminta tadi berikut penyulut nya.

Didepanku, dengan satu kaki terangkat di dinding dan punggung yang bersandar. Kedua tangannya dilipat didepan dada.

"Benar-benar butuh pembuktian ya?"

Dia diam, mata tajamnya lekat sekali dan enggan untuk lepas dari sebatang rokok dan pemantik yang sudah berpindah ke tanganku.

Ku jepitkan diantara bibirku, rasa manisnya mulai bisa kurasakan diujung. Aku mendekatkan pemantiknya, menekan perlahan guna mendorong bahan bakarnya menyalakan api.

Satu hisapan, aku mulai terbiasa dengan asap pembakaran tembakau yang bukan pertama kalinya menyentuh tenggorokan ku. Terdorong keluar melewati hidung dengan perlahan.

"See? Saya sudah,-"

Tanganku ditepis, membuat rokoknya terlempar gak jauh dari kaki Yeonjun. Dia ngelakuin hal yang sama kayak tadi, menginjak batang rokoknya lagi, bahkan kali ini dengan nafas sedikit terengah.

"Bodoh!" umpatnya

Tadinya aku kaget karena tanganku cukup kuat dihempaskan. Lumayan sakit, tapi gak seberapa sama rasa puasku yang udah buktiin didepannya.

"Kita gak ada bedanya sekarang, kalau saya pikir saya cuma sampah sendirian kayaknya salah deh."

Aku turut berdiri, menyejajarkan tinggiku dengan Yeonjun. Menepuk-nepuk bahunya, "Sama-sama pecundang yang cari pelarian kan?"

"Lea, diam!"

Bahuku dicengkeram, dua sisi tanpa celah. Sakit memang, tapi udah lama sekali gak seintens ini sama Yeonjun.

"Kenapa? Tertarik? Atau terlihat jijik?"

Dia sedikit membungkuk, memposisikan wajahnya didepanku. Bisa terlihat didalam maniknya hanya ada diriku, diriku yang cukup menyedihkan juga kalau di teliti lagi.

"Lepas Yeonjun. Saya bisa mati berdiri karena cengkeraman mu!"

Bukan, bukan salah cengkeraman nya. Hanya karena posisi sialan ini jantungku gak berhenti berpacu cepat. Aneh, tapi aku gak bisa bohong kalau muka tenangnya Yeonjun dengan deru nafas teratur ini seperti candu untuk dilihat dan dirasakan bersamaan.

"Kamu gak bisa bohong, kamu gak nyaman sama pribadi mu sekarang Lea!"

"Sok tahu!"

Aku dorong Yeonjun, berjalan mendahului nya menuju pintu disana. Tidak jadi tenang, aku malah harus berdebat dengan manusia keparat itu.

How Feels? || Choi Yeonjun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang