🌼
🌼
🌼
🌼
🌼
🌼
Hoho~
Balik lagi sama cerita random abad ini🤭
Jangan lupa Voment ya...
Happy Reading 😁
"Kak Raka?"
Aku cuma bisa berkedip abis nyebut namanya. Dia duduk disampingku masih dengan tangannya yang pegang tanganku.
"Iya! Aku, siapa lagi Lea?"
Baru juga dua hari, tapi rasanya aku hampir lupa kalau satu sekolah dan satu kelas sama kak Raka.
Dari tadi aku natap tanganku, dan kayaknya kak Raka langsung sadar, cepat-cepat lepasin tanganku sambil senyum canggung.
"Oh ya, aku udah bilang ke guru seni buat jadiin ekskul musik itu praktek wajib, cuma agak kurang bisa diterima, gak semua orang senang sama musik. Tapi bapaknya janji mau cari cara lain buat hidupin ekskul musiknya soalnya itu dulu yang pernah bawa nama sekolah sampai luar juga!"
Aku dengerin kak Raka jelasin hasil pembicaraan nya sama guru seni, dia gak main-main kalau udah janji,
"Lea, maaf kemarin gak jadi nonton. Mamaku mendadak banget minta ditemani ketempat Oma!"
"Oh? I-iya gak papa. Lea juga jadinya gak nonton, jalan biasa aja sama Sarah!"
Kak Raka kayak habis ngehela nafasnya. Mungkin lega? Apa segitu merasa bersalahnya ya? Dan aku gak cerita soal jalan yang sebenarnya gak cuma sama Sarah, ada Daren juga disana.
"ya', kamu mau gimana nanti? Lanjut ambil apa?"
Tiba-tiba aja aku jadi bisu, nggak bisa jawab. Belum punya jawaban pasti yang bisa kujaminkan.
"Belum tahu kak, bingung juga!"
Kak Raka diam setelah itu, dia nunduk aja lihatin sepatunya.
"Mungkin kedokteran?"
Payah! Aku payah!
Gak tahu lagi sama jalan pikiranku yang malah fokus sama jawaban klise kayak gitu. Tapi kak Raka malah natap aku, senyum nya ngembang dan kelihatan hangat.
"Belajar yang rajin ya!"
Bisa kurasakan dia begitu mendambakan seorang dokter, persis saat ayah yang kuberitahu akan fokus sama nilai biologi dan kimia ku untuk tes kedokteran nanti.
"Iya, pasti kok!"
Sampai bus berhenti didepan halte kak Raka juga belum selesai sama senyumnya.
"Kak, Lea duluan ya!"
Aku turun duluan, ngelambaiin tangan ke kak Raka yang masih duduk tenang disana.
"Hati-hati!"
Benar-benar turun di halte bis yang sepi. Lihat diseberang sana ada lapangan skate yang lumayan luas. Lapangan maksud Yeonjun memang lapangan kompleks khusus komunitas skateboard dan basket.
Aku hela nafasku, udah kutahan dari tadi. Semuanya karena diriku yang terlalu gila image didepan kak Raka. Ingin terlihat baik dan sempurna, padahal aslinya aku ini bukan apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Feels? || Choi Yeonjun ✓
Genç Kurgu[REVISI] "Keparat, setan alas!" Lea mungkin bisa sekali dua kali menoleransi seseorang dengan kadar menyebalkan selayaknya. Tapi tidak untuk Yeonjun, Masa SMA nya jadi terasa penuh emosi setiap kali Yeonjun membuat ulah. "Diem gak!" "Aku cuma berna...