🌼
🌼
🌼
🌼
🌼
🌼
Happy Reading 🤗
Tiga hari setelah pertengkaran ku dengan Yeonjun. Sedikit berlebihan untuk menyebutnya sebuah pertengkaran. Aku cuma bilang ke dia buat kayak dulu lagi, Yeonjun dan aku yang bukan teman tapi rival atau lebih baik tidak usah kenal saja.
Aku juga udah balik kerumah, ngejalanin semuanya yang penuh kepalsuan. Pura-pura gak tahu soal malam dimana ayah dan ibuku saling memekik melontarkan kalimat menyakitkan. Ayah agak berubah jauh lebih dingin, dan ibuku sering saja terlihat melamun saat memeriksa laporan keuangan tokonya.
Mama Yeonjun?
Belum kutemui beberapa hari terakhir, niatku ingin menemui nya hari ini atau mungkin besok, pastinya tanpa sepengetahuan Yeonjun.
"Lempar dong bolanya, jangan dipegang aja!"
Itu Yeonjun, benar-benar manusia yang tepat janji, bersikap seolah tidak ada masalah apapun yang terjadi sebelumnya.
"Ambil aja sendiri!"
Dia mendecak, berlari kearahku dengan raut masam hanya untuk mengambil bolanya. Memang tadinya aku duduk iseng dilapangan, menunggu kak Raka yang sedang menemui wali kelas lamanya. Tidak tahu kalau Yeonjun cs sedang bermain basket.
Buk!
Bolanya kulempar jauh ketika dia udah dekat dari tempatku berdiri. Suara sorakan kesal dari anggotanya yang menunggu terdengar menyebalkan disana.
"Bisa gak sih kamu minggir aja? Kalau gak mau nolongin ya gak usah nyusahin!" Yeonjun kesal, mengusak rambutnya dan kembali berlari mengejar bola tadi.
"Siapa sur,"
"Lea! Kamu nunggu lama? Ke kantin sekarang?"
Baru saja aku mau membalas ucapanku ke Yeonjun, tapi kak Raka udah datang. Aku mengangguk, berjalan disampingnya meninggalkan lapangan yang tadi.
"Sudah sarapan belum sih?" Kak Raka menarik pipiku, sejak berjalan bersama aku memang hanya diam saja, dia bahkan udah mulai beberapa topik untuk mengisi lorong kelas sunyi yang kami lewati.
"Belum!" singkat ku, siapa juga yang ingin sarapan bersama dua orang palsu di hadapannya. Berada satu meja makan dengan ayah dan ibu serasa di arena peperangan. Mereka saling menatap penuh kebencian lalu memalingkan wajah tidak peduli, tersenyum kaku bak robot dengan remote kendali, sungguh hati siapa yang tidak perih?
"Pantes aja!"
"Apanya?" Kak Raka menggantung ucapannya, dia menghadang jalanku dengan tiba-tiba, hampir membuat wajahku menabrak dadanya.
"Cantiknya berkurang pagi ini!"
Pipiku kembali ditarik, bedanya sekarang kanan dan kiri. Aku lihat gimana kak Raka yang senyum senang atau mungkin sedang gemas bermain dengan pipiku. Bukankah dia lebih menggemaskan jadinya? Pipinya sendiri seperti adonan kue yang lembut, ditambah dengan sentuhan lesung pipi sedikit curam yang memberi kesan manis pada senyumnya.
"Kak, ini koridor. Malu banget kalau dilihatin orang banyak!"
"Siapa? Apa gak boleh seorang kakak mencubit pipi adik kecilnya?"
"Bohong banget!" ucapku
Kak Raka nyipitin matanya, gak lama dia terkekeh, dua tangan nya masih belum lepas dari mukaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Feels? || Choi Yeonjun ✓
Novela Juvenil[REVISI] "Keparat, setan alas!" Lea mungkin bisa sekali dua kali menoleransi seseorang dengan kadar menyebalkan selayaknya. Tapi tidak untuk Yeonjun, Masa SMA nya jadi terasa penuh emosi setiap kali Yeonjun membuat ulah. "Diem gak!" "Aku cuma berna...