23. Skateboard class (?)

45 6 0
                                    

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

Happy Reading 🤗

Dan hari ini, tepatnya kali kedua perjanjian ku sama Yeonjun. Udah tiga kali gak jadi karena jadwal les tambahan dan juga jadwal kencan sorenya sama Reva.

Kayak biasa aku langsung ke lapangan komplek, tadinya diajak bareng di tebengin motor tapi aku nolak. Iyalah nolak, apa kata orang kalau aku yang duduk berbagi jok sama Yeonjun? Bisa-bisa pacarnya itu ngamuk sampai menggangu ku lagi.

"Nih, minum!"

Gak tahu sejak kapan Yeonjun datang, dia langsung ambil tempat disampingku, ngasih aku Boba tea yang masih kelihatan segar.

"Eh, apa ini? Tiba-tiba banget baik?" Dia masih megang Bobanya, matanya mendelik keatas. Dia lucu kalau tiap kali gitu, lucu sekali sampai ingin kucubit pipinya.

"Udah minum aja kenapa sih? Nggak aku kasih racun juga. Paling cuma pelet, biar kamu gak bisa jauh-jauh dari Yeonjun!"

Giliran aku kayaknya yang males karena Yeonjun mulai lagi.

"Huuu, peletmu gak nyampai. Kupakai penangkal biar mental, kena orang gila depan gang sana, mau?" tanyaku sambil nerima Bobanya, sayang kalau dianggurin gitu aja.

"ya' udah dong, kalah terus aku kalau sama kamu!"

Aku meletin lidahku, "Wlee, Yeonjun Loser!"

"Loser, Lover bukan?"

"Tuh, makin gak jelas. Berobat sana!"

Dia ketawa sebelum minum Bobanya. Bahagia sekali kalau dilihat-lihat, mungkin benar kata orang, jatuh cinta emang bisa buat bahagia.

"Gimana? Aku harus apa lagi ini? Semuanya udah coba kuterima kebaikannya, tapi tetap aja belum ada rasa juga!"

Entah akunya yang begitu keras atau memang Daren tidak bisa sama sekali mengambil hatiku. Rasanya kalau sama Daren kayak punya saudara laki-laki, senang saja mengobrol berdua, di perhatikan lebih tapi udah, gak ada artinya sama sekali untuk dikatakan sebagai perasaan yang lebih.

"Coba, bukannya kamu suka baca buku? Pernah baca gak kalau cinta emang gak bisa dipaksain?"

Kepalaku bergerak turun, tidak tahu. Aku lupa, sudah kubilang jarang sekali membaca cerita bergenre romansa, aku tidak tahu bisa atau tidak.

"Gak tahu Jun, buku kayak gitu gak masuk dalam listku!"

Hening, aku masih menyesaki pikiranku dengan pertanyaan Yeonjun tadi. Harusnya bisa tapi yang kurasakan memang tidak. Kupikir itu cuma persepsi sepihak tapi kayaknya Yeonjun sendiri pernah ngerasain hal itu, bicaranya sungguh benar-benar fasih sekali soal perasaan.

"Tergantung, aku tanya sekali lagi sama kamu. Beneran yakin?"

"Iya!"

Tanganku mulai dingin, bagaimana tidak? Dari tadi aku memeluk gelas Bobanya sampai tidak sadar esnya mulai mencair didalam sana dan mengembun.

"Coba dong kalau yakin. Makanya berbaur Lea, jangan selalu ingin terus dihampiri."

Ucapan Yeonjun benar-benar sebuah tamparan untukku. Bahkan untuk sekelas kak Raka yang sejak lama kukagumi saja bukan aku yang bertindak, aku emang cuma nunggu. Nunggu kak Raka melihat kearahku, melihatku sebagai perempuan, bukan juniornya atau rekan ekskul nya.

How Feels? || Choi Yeonjun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang