66. Reality

27 5 0
                                    

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

Happy Reading 😁

Hari ini adalah hari ke sekian Sarah neror aku dengan ajakannya buat pilih baju acara prom night yang masih lama banget itu.

"ya' gak juga dress buat kemah aja deh. Aku mau beli jaket nih sama barang-barang buat kemah Minggu depan. Mau ya?"

Minggu depan emang ada acara kemah, sebelum ada ujian yang bakal buat kepala pusing banget. Tradisi kalau angkatan terakhir, hal yang wajib diikuti kecuali punya penyakit parah dan itu butuh surat dokter. Soalnya kemahnya juga ada bagian dari kepala sekolah dan kepala yayasan yang ikut tanda tangan, susah sekali mintanya. Jadi sebagai bentuk penghargaan terhadap anak OSIS semua siswa wajib berpartisipasi.

"Malas, saya harus jaga toko."

Aku lagi fokus nyatat kisi-kisi mata pelajaran bahasa Inggris, sementara Sarah dari tadi disampingku cuma merengek saja sambil kipasan santai.

"Lah, kemarin aja bilangnya bakal lusa mau temani aku. Sekarang udah hari kesepuluh sejak kata lusa itu terucap tahu!"

"Kamu juga gak bener-bener promosiin dua Minggu kan? Impas dong, pokoknya saya sibuk. Harus kejar target biar toko itu jadi punya saya!"

"Kemarin-kemarin tuh sibuk banget tahu disekolah. Kamu kan tahu dua minggu lagi aku mau serah terima jabatan, udah ketunda terus tuh gara-gara rapat ini itu!"

Selagi Sarah jelasin panjang lebar didepanku udah ada Yeonjun yang narik kursi gak tahu darimana. Dia langsung duduk bersandar, kakinya di selonjorin di bawah mejaku.

"Ini lagi, kenapa sih hobi banget ganggu? Udah tahu lagi negosiasi kamunya malah buat semak disini!"

Sarah jadi pindah ngomelin Yeonjun, dan yang diomelin tutup telinga nya pakai telunjuk kanan kiri. Dia gak nanggapin Sarah kayak yang sudah-sudah. Malah diam saja sampai Sarah berhenti ngasih jeda buat bernafas.

Aku juga buat hal yang sama ke Yeonjun, pura-pura saja tidak tahu dia ada disebelah ku.

"Udah?"
"Udah kan Sarah story telling nya? Saya mau pinjam Lea kalau sudah!"

Hampir aku ketawa karena Yeonjun yang masih sempat-sempatnya menceletuki Sarah. Jelas mukanya Sarah udah merah banget karena kesal setiap kali ngomong diabaikan.

"Apa-apaan, gak boleh ya! Lea tuh udah ada yang punya, bisa bahaya kalau kamu main tarik punya orang aja!"

Aku bisa kapan aja pijak kakinya Sarah karena dia ngomong kayak gitu. Memang siapa? Aku dan Daren saja sudah gak punya hubungan lagi meskipun belum benar-benar di omongin secara jelas.

"Bodo!"

Tanganku ditarik waktu mau nulis, sesuai dengan komitmen ku diawal yang gak mau ngomong banyak ke Yeonjun aku cuma bisa ngikutin maunya dulu. Dia bawa aku keluar kelas, jalan biasa seperti gak punya salah sama sekali.

Yang aku kira adalah tempat sepi dan gak banyak orang. Tapi nyatanya dia bawa aku ke kantin, pusatnya siswa dari semua kelas lalu lalang dengan bebas.

Disana juga ada Raka, Daren dan Deva dalam tempat yang berbeda. Bisa dibilang terpisah dari ujung ke ujung, berbanding terbalik dengan Yeonjun memilih di meja tengah.

Caper sekali!

"Makan!" ucapnya

Bukan sekali dua kali hal tidak penting diriku ikut terseret karenanya. Bahkan untuk urusan perut sendiri saja harus merepotkan, mencari masalah.

How Feels? || Choi Yeonjun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang