24. Karnaval

34 6 2
                                    

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

Happy Reading 🤗

"Lea!"

Udah nyampai depan halte, kupikir emang dia gak ada niat nyegat atau apapun. Tapi ternyata lewat dengan motornya yang berhenti pas didepan halte, didepanku.

Yeonjun emang pakai helm, tapi masih kelihatan matanya. Dia langsung lepas helmnya dan turun dari motor.

"Ngapain? Ya ampun udah sore pulang sana!"

Kepalanya geleng-geleng, kayak anak kecil yang disuruh ibunya tapi gak mau.
Dia berdiri didepanku, kayak ada yang mau diomongin cuma masih tertahan.

"ya' masih banyak waktu kan buat kamu nemenin aku hari ini?"

Aku bingung, apa maksudnya? Bukannya tadi aku bilang sedang ada urusan ya?

"Jangan bohong Lea, kamu udah disini lima belas menit. Gak ada niatan juga buat naik bus, komplek mu disana kan? Jadi gak usah lari deh!"

Loh, dia tahu? Aku emang disini dari tadi. Cuma mau hilangin rasa malu yang tadi. Beneran segitu malunya sampai pengen hilang aja.

"Bentaran doang, gimana kalau jalan sambil cari makan? Aku kan udah dengerin keluh kesahmu kenapa gak gantian?"

Aku lihat jam di tanganku, sore sih. Tapi terlalu cepat pulang bisa buat ayah curiga. Kalau mau ketempat les jamnya juga udah telat banget, mereka juga udah setengah jalan pastinya.

"O-oke, gak lama-lama ya! Ntar aku dicariin!"

Yeonjun senyum lebar, dia pegang tanganku dan tuntun sampai depan motornya.

"Naik motor, tapi aku lupa bawa dua helm. Gimana?"

Tanganku refleks langsung mukul bahunya, bego sekali Yeonjun ini. Udah tahu gitu masih berani mengajakku ikut sama dia.

"Gak jadi deh, aku pulang aja ya?"

Kalau bisa aku bebas, tapi sayangnya dia cegat tanganku kali ini. "Nggak ada polisi kalau udah sore, aku janji bakal bawa hati-hati. Lain kali janji deh bawa dua kalau mau boncengan!"

Tidak ada habisnya, pakai sihir apa Yeonjun aku gak tahu juga. Menuruti ucapannya selagi tidak merugikan ku it's okay, tapi harus siap-siap saja sedikit banyaknya menguras waktu pentingku untuk membaca.

"Mau makan dimana?" Dia ngajak ngobrol sesekali di motor. Suaranya gak gitu jelas jadi aku harus sedikit lebih memajukan wajahku.

Jujur saja duduk dengan posisi menyamping seperti ini gak enak sama sekali. Motornya bukan matic, setengah mati aku nahan pakai kakiku dan tangan yang narik erat sisi samping jaketnya.

"Terserah deh, aku tahunya makan aja!" jawabku asal, memang untuk makanan aku gak gitu pilih-pilih banget, biasanya juga ayah sama ibu gak pernah tanya kesukaan ku cuma dibelikan gitu aja.

"Oke, didepan sana aja!"

Aku ngangguk, iyain aja walaupun dia juga gak bisa tahu responku.

Dan sekarang bukan tempat makan biasa yang ada didepanku. Lokasinya juga agak jauhan ternyata dari komplek rumahku.

"Loh, kenapa ke tempat kayak gini sih?"

Aneh, masih pakai seragam sekolah aku dibawanya ketempat main terbuka. Pasar malam besar-besaran, belum ramai emang cuma udah ada beberapa stand yang buka.

How Feels? || Choi Yeonjun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang