47. Crying

45 5 0
                                    

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

Happy Reading 😁

Aku panik sekali saat Sarah menelpon dan bilang kalau ibu bertanya kabarku dengannya.

"Gimana bisa? Aku gak tahu kamu ngomong ke ibumu kamu nginap di rumahku. Lagian kita ketemu tiap hari kok disekolah kamunya malah diam aja ada sesuatu. Kamu tuh belakangan ini kenapa sih ya'? Aku kan sahabat mu!"

Sarah marah sekali, dua hari emang aku sekolah dan komunikasi sama dia. Sekedar aja tapi, dia juga sibuk sama urusan OSIS nya yang sebentar lagi mau serah terima jabatan.

"Maaf, mendadak sekali. Bilang apa kamu sama ibuku?"

Aku mencoba tenang, walau sebenarnya malah harap-harap cemas. Sambil melihat mamanya Yeonjun yang sibuk merajut disampingku, dia tidak ingin ditinggal sejak tadi.

"Baik, kubilang kamu sudah tidur. Beruntung nya ibumu tidak minta lebih buat kasih buktinya."

"Oh? Syukurlah, makasih Sarah!"

"Lea, kamu dimana sekarang?"

Dan aku gak mungkin bilang sama Sarah soal mamanya Yeonjun. Gak ada yang tahu kehidupan Yeonjun itu gimana. Cuma beberapa orang terdekat aja. Kalau aku bilang aku dirumah mamanya Yeonjun mungkin Sarah bakal nyari tempat ini, atau hal terburuk dia ngasih tahu ibu dan ayahku.

"Ditempat temanku."

"ya' gak usah bohong. Temanmu kan cuma aku!"

"Siapa bilang? Udah ya Sar, udah malam. Gak enak kalau mau ribut dirumah orang. Besok disekolah kita bisa omongin lagi!"

Aku matiin sambungan telponnya. Letakin lagi handphone ku diatas meja. Mamanya Yeonjun belum siap juga udah lebih dari sejam berkutat dengan benang dan jarum.

"Siapa?"

Yeonjun datang, langsung ambil tempat di tepi ranjang tepat disampingku. Dia juga sempat ngusap tangan mamanya waktu baru duduk.

"Sarah!" jawabku

"Ketahuan?"

Bahuku berjingkat kecil, "Tidak tahu. Yang pastinya kalau hanya bertanya kabarku aku tidak akan pulang. Ibu sama ayah harus pulang kalau mau aku pulang!"

"Kita ngomong diluar aja. Mama harus tidur kayaknya!"

Aku mengangguk, mendaratkan kakiku dan bersiap dengan memakai sendal kelinci yang kemarin sore dibelikan Yeonjun. Katanya biar aku bisa selalu hangat kalau malam-malam.

"Jangan!"

Suara lembut mengintrupsiku. Tanganku ditahan cepat sama mamanya Yeonjun saat ingin keluar.

"Loh, ma. Lea mau belajar, mama Yeonjun aja ya yang temani?"

Yeonjun lepasin tangan mamanya dariku, tapi gak bisa. Mamanya menggeleng keras tidak mau.

"Sama Lea!"

"Gapapa!"

Aku duduk lagi disamping Mama Yeonjun, lihat Yeonjun nya sebentar buat ngasih isyarat kalau dia boleh keluar dan aku gak masalah harus temani mamanya sampai tidur. Tanpa perlu waktu lama dia mengerti, mengecup dahi wanita paruh baya disampingku, memberi semacam ucapan selamat malam rutinnya.

How Feels? || Choi Yeonjun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang