11. Daren

37 9 0
                                    

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

Happy Reading 😁

Entahlah, udah sejam aku nunggu didepan kelas pagi-pagi banget. Biasanya Yeonjun bakalan lewat walaupun nggak masuk, sekedar naruh buku pr nya atau cuma datang bawain rekap absen.

Sebandel-bandelnya Yeonjun dia gak gitu sering ngebantah omongan guru, cuma tingkat terparahnya ya gak ngerjain tugas fisika itu juga gara-gara gak dapet contekan. Sisanya ada banyak siswi yang suka rela bahkan sampai nulis tugasnya Yeonjun.

Aku ngerasa bersalah banget semalam udah ninggalin dia gitu aja di food court, kak Raka ada disana dan ngajak aku pulang.

"Jun, Yeonjun!" teriakku waktu gak sengaja lihat dia jalan dari parkiran. Kupikir dia bakalan lurus buat ke kelas, ternyata belok ke area kelas sepuluh.

Sadar gak sadar aku ngikutin dia, udah ada setengah jalan sampai dia berhenti didepan kelas 10-Mipa 1. Lorongnya emang gak asing, ini tempat dimana dia nembak adik kelas itu.

Reva, dia keluar kelas dengan raut muka yang gak bisa didefinisikan saking senangnya. Yeonjun juga langsung senyum, beda banget sama yang kulihat diparkiran tadi.

Dia ngeluarin kotak merah hati dari tasnya. Ngasih ke Reva dan detik itu juga dibuka. Cokelat bentuk hati, sama surat kecil yang diangkat barengan dengan mata Reva yang sekilas natap aku diujung sambil kedipin matanya.

Menang? Aku cuma bisa tertawa sarkas. Harusnya ini akan biasa aja, tapi anehnya respon ku yang gak biasa.

Aku gak bisa dikalahkan dengan cara kayak gini!

****

Gak bisa dipungkiri kalau Yeonjun memang sedang kesal denganku. Tadi saja waktu membagi kertas ulangan dia melemparnya sampai terbang ngelewatin beberapa meja.

Dan sekarang? Aku sama dia terpaksa harus pergi berdua karena disuruh guru biologi ngambil alat peraga torso di lab. Sialnya lab dipakai buat anak kelas 11 praktek jadinya gak punya alasan buat nolak guru yang mau lakuin demo di kelas.

"Jun, kamu marah ya?"

Baik, aku harus turunin gengsi ku kayaknya. Kalau diam-diaman gini gak nyaman. Yeonjun juga ogah-ogahan lihat aku.

"Jun, semalam tuh ibuku..."

"Ibumu atau RAKA?" Yeonjun berhenti, nada nya waktu nyebutin nama kak Raka itu penuh penekanan banget.

"Loh, kok kamu marah sih?"

Nggak mau kalah, aku ikutan berhenti. Beruntung sekali koridor dibelakang UKS cukup sepi untuk mendukung kemungkinan debatku dan dia.

"Bukan marah, tapi bisa gak sedikit aja kamu belajar ngehargai orang? Sakit banget ya' kamu bersikap seolah-olah aku ini bukan manusia!" Yeonjun ngomong gitu gak pakai nada tinggi, nggak ada juga ekspresi yang bisa kutangkap dari Yeonjun selain kecewa.

"Oke, maaf Yeonjun!"

"Nggak butuh maaf mu ya'. Kamu bahkan nggak tahu bagian mana yang harus kamu wakilin dengan maaf mu!"

Sekarang Yeonjun jadi mendramatisir semuanya. Kalau gak lagi serius aku udah ketawa dari tadi. Aku sama Yeonjun bukan sesuatu yang terikat sama yang namanya kita. Jadi menurut ku wajar aja seorang teman berlaku layaknya teman. Aku juga udah coba minta maaf, tapi emang dianya aja yang terlalu berlebihan.

How Feels? || Choi Yeonjun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang