33. Save

36 6 3
                                    

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

Don't forget to Voment 🙌


Happy Reading 🤗

Tidurku sama sekali gak nyenyak semalam. Aku persis orang yang merasa bersalah karena seharusnya aku menyambut 'pacarku' yang sudah repot-repot datang kerumah.

Memang tidak ada bedanya sih dengan Yeonjun, hanya saja status mungkin akan jadi hal utama yang perlu di pertimbangkan. Bodohnya aku malah gak bawa handphone ku juga, setidaknya aku bisa bilang sama Daren kalau lagi gak dirumah.

Pagi-pagi aku datang ke kelasnya untuk pertama kali. Duduk di bangku koridor sambil lihatin lapangan yang masih sepi didepan sana.

"Kak Lea, kan?"

Aku noleh, lihat kearah suara yang panggil namaku tadi. Dia perempuan, cukup cantik dan sepertinya lumayan familiar, aku lupa namanya tapi ingat persis kalau dia pernah ikutan ngisi acara bareng klub musikku.

"Iya!" jawabku.

"Kinan kak!"

Tangannya terulur didepanku, kusambut ragu dan singkat. Dia senyum, natap aku dengan tatapan yang gak bisa dijelaskan.

"Daren benar ya!"

Aku menunggu lanjutannya, Apa? Benar tentang apa? Mungkin ekspresi ku akan seperti itu kalau diartikan.

"Kak Lea cantik, bahkan lebih cantik kalau dari dekat gini!"

Dia nyindir?

Hampir aku kelepasan ngomong sarkas, bukan tidak senang atau apa. Aku risih kalau dipuji seperti itu. Terlebih yang memujiku itu jauh dikatakan diatasku, dia mirip seperti Dewi. Punya pahatan wajah yang nyaris sempurna, jelas terlihat dia terlahir dengan darah blasteran, gak salah kalau jadi primadona semua siswa disekolah. Bahkan kudengar dari temanku Juna si juara paralel sekolah pernah nyatain perasaannya ke adik kelas disampingku ini.

"Maaf kalau terkesan sok akrab. Aku cuma sedikit iri sama kakak, Daren kelihatan tulus banget. Dari caranya natap dan selalu tersenyum ke kakak udah ngasih peringatan terakhir ke aku,"

Dia jeda ucapannya, lihat kedepan sana yang cuma ada jejeran pohon di menjulang di pinggir lapangan.

"Peringatan buat berhenti ngejar Daren!"

"Kinan!"

Aku kaget, kupastikan Kinan disebelah ku juga sama mengingat namanya yang diserukan.

"Daren?" Dia melotot takut, nafasnya seperti tersengal gitu Daren langsung cengkeram erat lengannya. Bawa dia berdiri berhadapan.

"Jangan dekat-dekat dengan Kak Lea!"

"Ma-maaf !" Kinan kelihatan ketakutan, gimana nggak takut juga kalau Daren ternyata segitu mengerikannya sekarang ini.

"Daren, jangan kasar saya gak suka!" aku langsung tepis tangan Daren, narik Kinan mendekat disampingku.

Kali ini aku yang berhadapan sama Daren. Tatapannya melunak gak perlu sampai hitungan detik.

"Kak, tolong jangan dengerin Kinan!" Daren menggapai tanganku, kubiarkan karena ingin mendengar kelanjutannya.

"Kenapa? Dia gak bilang apa-apa, kenapa setakut itu?" tanyaku, sesekali aku lirik Kinan yang sembunyi dibelakang punggungku.

How Feels? || Choi Yeonjun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang