50. Memories

28 4 0
                                    

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

Happy Reading 😁

Hari ketiga ibuku dirumah sakit, aku gak bakalan lupa sama apa yang udah dilakuin Yeonjun kemarin dengan ngeluarin banyak uang tabungannya buat bantu operasi ibuku. Padahal aku udah nolak keras untuk itu, dan dia malah nemuin bagian administrasi dengan sendirinya.

"Aku ganti setelah aku dapat kerja!"

Aku emang bertekad buat nyari kerjaan tambahan, sambil nunggu bulan selanjutnya ayah kirim uang lagi.

"Gausah, mau kerja apa kamu belum lulus?"

Yeonjun duduk disampingku, neguk isi botol minum yang baru aja kukasih ke dia. Sekarang aku lagi di lapangan skate, nemenin dia yang main kayak biasanya.

"Part time? Aku gak bisa cuma duduk nunggu gini aja. Kamu udah banyak banget buang uangmu buat pengobatan ibuku!"

"Gak Lea, lagi pula aku jarang banget pakai uang itu. Itu uang papa ku, gak akan kusentuh kalau emang keperluannya gak urgent sekali!"

Aku diam, Yeonjun se - mandiri itu. Dia pernah bilang kalau salah satu hobinya itu ngasih dia royalty yang cukup buat uang sakunya. Dan pengobatan ibunya dia pakai tabungan almarhumah kakaknya.

Meskipun gak tahu jelas hobi apa yang tengah digelutinya selain skateboard aku yakin sekali dia banyak kerja keras akhir-akhir ini. Absennya juga makin gak karuan di buku batas.

"Tetap aja, aku-"

Waktunya gak pas, handphone ku kembali menerima panggilan. Terkadang aku trauma kalau yang kuterima itu kabar buruk termasuk kekecewaan dari ayah.

"Sebentar,aku angkat!"

Yeonjun nahan tanganku yang mau berdiri mengangkat telpon. "Disini saja, nanti kamu pingsan aku gak tahu!"

Aku terkekeh, entah kenapa dia bisa berpikiran kayak gitu. Sebelumnya aku juga selalu baik-baik aja, atau tepat nya berusaha baik-baik aja.

"Ya?"

Nomornya gak aku kenal, udah dua hari yang lalu missed call tapi gak aku angkat.

"Saya anaknya, kenapa ya?"

Mendadak sekali aku gugup, walaupun disana menyapa dengan nada ramah sekali. Melemparkan beberapa pertanyaan tentang ibuku.

"Bertemu siapa? Dimana?"

Mungkin suaraku terlalu memekik, sampai Yeonjun yang setia menunggu dari tadi mengerutkan dahinya.

Tidak banyak yang bisa kutangkap dari setiap kalimat orang disana, hanya menyuruhku bersiap untuk pertemuan akhir pekan.

Dengan seseorang kepercayaan ibuku.

"Siapa? Kenapa muka kamu kayak ketakutan gitu? Dia ngomong macam-macam? Atau itu om-om pedofil ya?"

Aku mendengus, menggelengkan kepalaku perlahan.

"Penjaga toko roti ibu. Aku hampir lupa rasanya kalau ibuku punya usaha itu!"

"Kenapa mukamu berubah kalau cuma penjaga toko?"

Ntahlah, harus kuakui seperti apa perasaan ku setelah mendengar nya.

"Pak Reihan ingin bertemu dengan putri nya ibu Lia Sabtu ini, apa bisa?"

Ah, kepalaku mendadak pusing lagi. Kali ini bertepatan dengan adanya Yeonjun. Aku jadi gak leluasa buat mengeluhkan betapa sakitnya ini, hanya bisa memijat pelipisku sedikit demi sedikit.

How Feels? || Choi Yeonjun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang