20. Reva's birthday

36 7 0
                                    

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

Happy Reading 🤗

Krekk!!

"Lea, diluar pacarmu?"

Aku noleh waktu dengar suara kenop pintu tadi, ibu disana. Lipat tangan didepan dada, udah rapi juga karena mau pergi malam ini.

"Bukan!" jawabku

Daren udah datang lima belas menit lalu, datang sendirian bawa mobil dan langsung nemuin ayah. Aku belum berani keluar, soalnya takut ayah gak ngijinin dan malah jadi emosi kalau ngotot keluar.

"Sebentar lagi jadi pacar?"

Ibu nanya lagi, pada dasarnya ibu juga gak banyak perbedaan sama ayah. Sedikit selektif kalau menyangkut pertemanan ku.

"Gak Bu, dia sepupunya Sarah! Adik tingkatku!"

Aku duduk di tepi ranjang, dari tadi cuma nungguin sambil buka tutup handphone gak jelas, kadang juga natapin kado di sampingku yang udah dibungkus ibu sore tadi, semua soal datang ke pesta aku tinggal terima bersih, dari baju yang kupakai sampai apa yang harus kukasih ke Reva nanti.

"Ayah udah ijinin, dia lagi ngomong sebentar sama ayah di ruang tengah!"

"Huh? Ibu serius?"

Ibuku ngangkat bahunya ringan, "Nggak percaya lihat sendiri deh!"

Habis bilang gitu ibu langsung keluar kamar, aku yang tadinya ragu juga jadi ngikutin ibu dari belakang gak lupa buat bawa paper bag sedang tadi sama Sling bag putih ku.

"Lea tidak lewat dari jam perjanjian!" Ayah lihat aku yang baru datang, agak kaget karena nada bicara ayah yang tegas itu muncul disaat-saat seperti ini.

Aku lihat Daren, mukanya tenang banget. Dia senyum ke ayah sebelum berdiri, "Sudah kak! Jam sepuluh akan kuantar kembali!"

"Jaga Lea, Daren!"

"Pasti Om, Tante! Terimakasih."

Sebelumnya aku sempat kasih salam singkat sama ayah, ibu. Jalan bareng sama Daren ke pelataran rumah, tempat mobilnya terparkir.

Kuakui Daren cukup keren bisa meyakinkan ayah untuk memberi izin. Bahkan sepupuku saja pernah dimarahi habis-habisan oleh ayah karena bawa aku ke taman bermain waktu itu izinnya sama ibu.

"Pakai apa kamu?"

Daren berhenti, dia baru buka pintu penumpang setengah.

"Pakai apa? Maksudnya?"

"Kenapa ayah bolehin?" Suka atau tidak dengan caraku bertanya aku harus tahu, bisa saja Daren ini hipnotis ayah buat bilang 'iya'.

"Karena aku bilang itu pesta keponakan ku."

Aku hampir menepuk jidat. Benar, pengaruh Reva itu kan sangat besar,sangat berdampak terlebih lagi untuk orang seukuran Daren yang juga terbilang punya nilai tinggi dalam status sosialnya.

"Curang!"

"Loh apanya kak? Curang gimana?"

Tangannya lepas dari pintu, aku masuk duluan tanpa perlu disuruh dan langsung nutup pintunya, itu yang buat tangannya refleks menghindar atau nggak bakalan kejepit.

Dia masuk juga, masang sealtbelt tapi belum nyalain mesin.

"Kamu pakai alasan klasik, ntah kenapa aku nggak tertarik kalau gitu caranya."

How Feels? || Choi Yeonjun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang