🌼
🌼
🌼
🌼
🌼
🌼
Happy Reading 🤗
Jangan tanya bagaimana aku dengan dia setelah hari itu. Perlahan masalahku berkurang, tentu bukan sungguh berkurang. Aku hanya mencoba melepaskan.
"Sarah, mau mampir ke toko ibuku? Aku punya varian baru disana!" tanyaku yang memperhatikan brosur cetakan ku sendiri.
Begini aku sekarang, mengurus toko roti ibuku selagi mencari tambahan untuk mengganti uang Yeonjun sebulan lalu. Tidak buruk ternyata, kalau saja ayah dan ibu dulu tidak mengekang ku dengan belajar dan les tambahan aku sudah bisa jadi pebisnis kecil seharusnya.
"Woo~ Varian sebelumnya saja belum kucoba, Aku saja masih tidak percaya kalau si kutu buku ini punya toko roti. Kamu gak pernah cerita loh!"
Sarah yang tadinya sedang membuat pembukuan OSIS menatapku serius. Dia memang menemaniku membaca buku di perpustakaan, sekalian membawa tugas negaranya.
"Ibuku, sudah kubilang ibuku kan tadi? Lagi pula aku sekolah bukan berjualan sampai kamu harus tahu itu dari lama. Ibu juga gak pernah cerita perkembangan tokonya gimana, aku kira cuma sekedar iseng dan hobi!" jelasku panjang lebar.
Dia manggut-manggut saja, memajukan ibu jarinya didepan ku. "Iya, aku ajakin si Fiko nanti!"
Aku menyenggol bahunya, mengganggu nya yang ingin melanjutkan penulisan angka nol di belakang digit utama kolom pengeluaran kas OSIS.
"Wah, apalagi sih? Sudah tertular virus menyebalkan nya tuan muda Choi ya ?"
Tidak habis pikir, semua yang kulakukan sekarang masih punya kaitannya sama Yeonjun. Apa mengganggu memang mutlak ciri khasnya yang tidak bisa dipisahkan? Kalau saja benar kenapa tidak di tempeli kertas HVS dibelakang bajunya lalu tulis 'Si Pengganggu'.
"Apaan bawa-bawa dia. Harusnya tadi tuh jadi timing nya aku, - ah udah deh gajadi!"
Aku kembali fokus sama brosur yang kuselipkan ditengah buku bacaan ku. Tidak peduli Sarah yang tengah menatapku serius sekali. Niatku mengajaknya untuk menjadi teman agar lupa sama masalah ku tapi ternyata Sarah bukan orang yang tepat.
"Eh? Marah jadinya? Loh, aku kan cuma bercanda tahu. Masih belum biasa aja kamu nempel gini ke aku, selama 2 tahun aku temenan sama kamu loh, ini perdana banget!"
Dahiku mengernyit, kedua alisku bisa jadi sudah bertemu diatas sana. "Beneran aku sejauh itu?"
Sarah anggukin kepalanya, geser buku besarnya biar dia bisa lebih leluasa lipat tangannya diatas meja. Sekarang bukan lagi Sarah dengan bolpoin dan kertas penuh angkanya.
"Jauh banget, kayak kita ngobrol tuh buat hal yang penting semacam laporan organisasi atau tugas kelompok. Meskipun sekali-kali ada acara menginap sih tapi tetap aja belakangan ini kita berjarak, sampai aku kira aku punya salah sama kamu!"
Aku tertawa, menutup mulutku agar tidak menimbulkan suara berisik. Caranya bicara kasihan sekali, benar-benar mendramatisir keadaan. Sampai Sarah pukul bahuku aku belum selesai dengan rasa geliku sendiri, sungguh memancing humor recehku keluar.
"Apanya yang lucu sih? Gak banget tahu?"
Memang tidak ada yang lucu kalau sekali lagi di pikirkan. Entahlah, aku juga bingung dengan tawa yang mendadak seperti racun ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Feels? || Choi Yeonjun ✓
Ficção Adolescente[REVISI] "Keparat, setan alas!" Lea mungkin bisa sekali dua kali menoleransi seseorang dengan kadar menyebalkan selayaknya. Tapi tidak untuk Yeonjun, Masa SMA nya jadi terasa penuh emosi setiap kali Yeonjun membuat ulah. "Diem gak!" "Aku cuma berna...