5. Yeonjun/Raka

108 14 2
                                    

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

Happy Reading 😁


"Kamu punya seribu cara buat jauhin aku, tapi aku punya seribu satu cara buat deketin kamu!"

Aku baca lipatan kertas kuning yang kutemui didalam lokerku. Gak ada nama pengirim dan tujuan pengirimnya juga, tapi aku hafal sekali sama bentuk tulisan ini. Amburadul kayak ceker ayam, siapa lagi kalau bukan Yeonjun.

Terakhir aku ketemu Yeonjun tiga hari lalu, sebelum akhirnya dia gak masuk sekolah tanpa alasan yang jelas. Kupikir bakal secanggung itu karena kami sekelas, tapi nggak ternyata. Pengecut itu malah pergi entah kemana, biarin semua berita nya nguar gitu aja tanpa kejelasan.

"Masih gak mau minta maaf, Lea?"

Aku nutup buku yang kubaca dengan cepat, sebelum emosiku meledak aku perlu meneliti, sebesar apa sekarang kata muak yang kusimpan buat teman sebangku ku satu ini yang terlalu sibuk mengurusi hidup orang.

"Topik mu basi, udah mual aku dengarnya. Kalau gak mau disini bisa pindahkan?"

Gak pernah rasanya semarah ini aku rasa, semua bakal berjalan baik-baik saja kalau mereka sedikit berada dipihakku.

Brukk!!

Derit bangku diujung sana terdengar barengan sama sesuatu yang turut jatuh dengan tidak santainya.

"Yeonjun, kamu gak papa kan?"

Oh, si pecundang Yeonjun rupanya? Bahkan gak perlu susah-susah buat halangin pandanganku ke dia. Mereka udah turut ngebantu dengan berdiri mengelilingi mejanya.

"Lea!"

*****

Kesekian kalinya aku ngerasa awkward banget, padahal dia juga sekelas denganku, satu ekstrakurikuler bahkan nyaris satu olimpiade.

"Kak Raka kapan balik dari US?"

dia Kakak kelasku dulunya, harusnya lulus tahun kemarin. Tapi dia ikut program pertukaran pelajar waktu kelas 11 akhir semester. Aku cuma bisa natapin kuku jariku sekarang, nggak tahu harus bilang apa ke kak Raka yang kuakui makin kesini makin ganteng.

"Semalam, bangun pagi-pagi sekali biar bisa sekolah. Aku kangen kamu Lea!"

Astaga, jantungku kayak berhenti tiba-tiba. Kalau dia gak punya penyangga yang kuat mungkin sudah melompat jauh dari tempatnya. Aku berusaha banget buat gak baper, harus kelihatan tegas.

"Kamu gak berubah ya?"

Kak Raka mutar sedikit badannya, biar bisa hadap aku. Matanya teduh, lihat mukanya aku ngerasa adem dan tenang sekali.

"Makin cantik!"

Kalau orang selain kak Raka yang ngomong sudah kutinju dari tadi, sayangnya ini kak Raka sendiri. Murid paling pintar dan teladan, banyak banget yang berharap jadi pacarnya kak Raka sampai aku juga sempat berpikir hal yang sama tapi nggak gitu meletakkan harapanku.

"Pipimu merah, mirip tomat!"

Aku megang pipiku dengan kedua telapak tangan. Masa sih merah? Tapi hangatnya kerasa, padahal sebelumnya aku ngerasa agak dingin.

"Udah kak, bisa mati aku nanti!"

Jujur, aku nggak malu ngomong gitu ke kak Raka. Dia tahu aku gimana, bahkan dia tahu tentang aku yang sering bertengkar kalau ketemu Yeonjun.

How Feels? || Choi Yeonjun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang