🌼
🌼
🌼
🌼
🌼
🌼
Happy Reading 🤗
Aku pikir aku harus senang, senang karena mendadak ayah sama ibu percaya buat ninggalin aku sendirian waktu mereka lagi keluar kota. Biasanya ibu yang terpaksa tinggal atau aku yang jadinya ambil libur dan ikut sama ayah.
"Kenapa senyam-senyum? Ingat, jangan bawa laki-laki kerumah. Kalau mau keluar bareng Daren boleh tapi harus lapor!"
Aku meluk boneka Teddy nya, udah dua hari ini cuacanya gak mendukung banget. Dingin karena hujan sering turun kalau malam.
"Iya, Bu! Lagian siapa juga sih yang mau keluar sama Daren?"
Ibu yang tadinya lagi beresin koper kecilnya noleh ke aku. "Loh, pacaran kan? Wajar itu"
"Huh? Ibu kenapa sih? Tiba-tiba banget ngomongin pacaran, bukannya itu topik sensitif banget ya buat ibu sama ayah?"
"Kalau Daren beda!"
Udah ketebak, bener kata Sarah tempo hari.
"Gak akan ada yang bisa nolak pesona sepupuku itu!"
Aku gelengin kepala, gak habis pikir sama orang tuaku yang notabenenya lekat banget sama satu prinsip jadi berubah cuma karena masih masuk keluarga rekan, ditambah dia emang golongan orang atas juga.
"Kita belum tahu aslinya kan, Bu? Dia aja yang tiba-tiba datengin Lea, dengan sok kenalnya. Padahal kan dia adik kelasnya Lea!"
"Gentle banget!"
Astaga, aku cuma bisa nepuk jidat kalau gini. Susah juga ngambil topik semacam ini sama ibu, ibu emang cocoknya partner matematika dan fisika ku aja.
"Udah bu, Lea mau ke kamar aja. Ibu istirahat yang cukup ya!"
Memang tadi niatnya mau cerita beberapa hal ke ibu. Mau banget aku bagi keluh kesah ku selama sekolah yang aku gak pernah bagiin ke ibu. Bisa dibilang biar ibu tahu gimana isi hatiku, tapi lagi-lagi kayak biasanya. Ibu kelelahan, kalau gak dia sedang dalam mode serius nya. I don't have any time for this.
Aku masuk ke kamarku, tutup pintunya lagi tapi gak dikunci. Ibu biasa patroli kalau malam, dan pagi juga yang udah jadi rutinitasnya buka tirai kamarku.
Ngomongin soal tirai aku ngerasa aneh waktu gak sengaja lihat ke samping tempat tidur ku. Di tirainya ada titik merah yang random banget pergerakannya.
Karena aku paling gak nyaman sama satu hal yang mengganjal aku langsung jalan ke dekat jendela. Narik tirainya dengan cepat. Titik merah itu gak hilang, malah makin gencar gerak sana-sini.
"Yeonjun?"
Dia ada dibawah sana, aku tahu Yeonjun karena posturnya dari belakang dan baju gak berlengan yang pernah dipakainya waktu ketemu aku dibawah gedung les.
Kurang kerjaan sekali, dia ngarahin itu sambil bolak balik badannya. Kebetulan aku ngenalin dia pas lagi hadap ke belakang, halaman depanku yang lagi kosong, ayah belum pulang jam segini.
Mukanya kelihatan kaget waktu sadar aku lihatin. Dia nyengir disana, baru ngelambaiin tangannya, dan langsung natap layar handphone.
Drrttt....
Drrttt....
Handphone ku diatas nakas bergetar, aku buru-buru ambil.
Yeonjun tukang modus send your message~
KAMU SEDANG MEMBACA
How Feels? || Choi Yeonjun ✓
Novela Juvenil[REVISI] "Keparat, setan alas!" Lea mungkin bisa sekali dua kali menoleransi seseorang dengan kadar menyebalkan selayaknya. Tapi tidak untuk Yeonjun, Masa SMA nya jadi terasa penuh emosi setiap kali Yeonjun membuat ulah. "Diem gak!" "Aku cuma berna...