74. Prom Night

44 3 0
                                    

Up!

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

"Wah, Kak Lea makin cantik. Ya gak kak Ken?"

Mereka berdua masih disini, setelah siang tadi bawa barang banyak buat keperluan toko pulang sebentar dan balik lagi. Entah apa motivasi nya, padahal si kembar nakal itu juga punya kesibukan sendiri di klub skateboard nya.

"Gausah di puji, dia gitu juga buat pacarnya." Kenzo sibuk main game online di handphone nya. Sedikitpun tidak melihat kearahku yang berdiri gak jauh dari mereka.

"Apasih kak, wajar kali. Kayak gak pernah fall in love aja!"

Dengar Ansel ngomong gitu aku jadi merasa lebih tenang. Setidaknya masih ada yang me wajarkan usahaku tanpa sedikitpun mencibir.

"Ansel, besok temani saya keluar ya!"

Aku sengaja memancing Kenzo untuk tahu gimana reaksinya. Kenzo pernah mengajak ku pergi ke taman kota buat menghabiskan hari libur tapi kutolak waktu itu.

"Hooh, Ansel bilang mama dulu."

"Besok sekolah, gila kamu mau bolos setelah libur panjang?"

Keduanya jadi saling lihat, Ansel yang matanya besar itu jadi semakin lebar dengan mulut menganga.

"Lah, iya!"

Kenzo menarik ujung bibirnya, dia tersenyum jahil lalu melihat kearahku dengan ujung lidah keluar.

"Pulangnya kita bisa mampir ke food court!" Selaku tak mau kalah.

Memang harus begitu kalau menghadapi mereka yang masih kekanakan. Kenzo langsung terdiam, bibirnya berubah mengerucut kedepan.
Berbeda sekali dengan Ansel yang tersenyum sumringah sembari mencomot biskuit didalam toples.

"Kak Kenzo minta dicium ya bibirnya kayak gitu? Kebetulan ada kucing didepan minimarket yang habis melahirkan butuh kasih sayang. Bawa sana kak!"

Ansel langsung lari setelah puas membuat Kenzo emosi, dia berdiri disamping ku yang sedang mencoba koleksi heels ibu di rak.

"Punya kak Lea semua?" tanyanya

"Ibuku, ada juga sih yang punya ku cuma dua pasang tapi!"

Udah beberapa kali aku coba cocokin sama dress yang kupakai. Serasi, tapi kakiku sulit buat melangkah. Aku gak terbiasa dengan ini.

"Pakai flat shoes aja bisa tidak sih? Aku gak tega lihat nya, takut kakak jatuh bukan cuma sakit, dapet malunya juga ntar!"

Apa yang barusan Kenzo bilang itu benar sekali sejujurnya. Tapi Sarah sudah mewanti ku kalau dress codenya itu pada pakai heels untuk murid perempuan.

"Kak Kenzo benar tuh, Ansel juga gak tega lihat nya!"

Aku cuma lihatin sepasang heels yang udah terpasang di kakiku. Aku gak mau terlihat mencolok dengan tampil berbeda dari yang lainnya. Tapi tidak mau juga jadi pusat perhatian karena kecelakaan kecil seperti heels yang patah atau tersandung.

"Udah deh, saya tetap pakai ini aja. Toh yang malu juga saya." Tegasku, gak sengaja lihat mereka berdua langsung tatap-tatapan dengan Kenzo yang mengangkat bahu.

"Batu, terserah kakak aja. Ntar pulangnya Ansel jemput, bahaya banget pulang sendiri, bisa bisa gak pulang nantinya!"

Aku mengerti sindiran yang dimaksud Ansel. Belum lama dia sama Kenzo lihat aku sama kak Raka yang pulang diatas jam sepuluh malam. Meskipun sudah kujelaskan panjang lebar kalau hari itu Gavin benar-benar lagi butuh teman disampingnya. Sampai dia mau kasih tahu alamat rumahnya yang ternyata gak gitu jauh dari taman.

How Feels? || Choi Yeonjun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang