40. Hate

34 6 0
                                    

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

Happy Reading 😁

Semuanya berantakan, satu hariku bahkan terasa seperti melewati satu tahun. Sekarang aku disini, dirumah Sarah tepatnya. Setelah satu jam lalu Yeonjun, nggak aku gak mau nyebut nama laki-laki yang menurutku cukup di katakan kurang ajar itu.

"Lea, aku udah telpon ibumu. Kubilang kamu tadi pulangnya kemaleman jadi nginap di rumahku!"

Aku mengangguk, gak ada jawaban lain yang bisa kukasih selain anggukan. Untuk bicara saja aku masih takut, bukan aku yang bilang ke Sarah butuh tumpangan menginap.

"Kamu kenapa sih ya? Yeonjun tuh tadi gak biasanya nelpon dan bilang kamu mau nginap. Tumben kamu sama dia, aku kira selama ini kalian,"

Aku menutup mataku, berharap semua gaung yang memenuhi telingaku segera pergi. Hampir tidak lagi kuat, atau aku yang terlalu cengeng menerima kenyataan pada akhirnya ayahku sendiri benci banget sama aku. Aku bukan harapannya, aku bukan anak kesayangannya, aku bukan prioritas ayahku.

"Lea, sudah ya! Aku temani kamu, kalau butuh tempat cerita aku siap jadi pendengar nya!"

Sarah memelukku, erat memang. Tapi yang kurasa masih jauh lebih dingin. Aku ingin sendiri, tapi tidak bisa juga sendiri sungguhan.

"Maaf! Maaf karena aku lancang Lea!"

Aku seperti gak ada artinya kalau itu yang dia lakuin. Bukankah terlihat tidak jauh berbeda dengan ayahku? Atau dengan laki-laki bajingan lainnya?

"Kamu bisa nangis ya'. Keluarin semua isi hatimu, kamu gak bisa cuma diam dan mendam semuanya sendiri. Itu sakit bukan?"

Sarah mengguncang bahuku, aku mendengar semuanya. Tapi tidak mudah untuk melepas tautan bibirku yang sudah seperti di jahit rasanya.

Belum jatuh aku sudah hancur!

****

"Lea, habiskan susunya! Aku punya cadangan seragam kalau kamu mau pinjam. Kita bisa kerumahmu juga kalau mau pakai punyamu sendiri!"

Aku gak tahu harus bilang apa, kembali kerumah atau membolos sekolah? Aku belum siap ketemu ibu, belum siap natap ayah, sosok yang sekarang ini sangat aku benci. Meskipun aku gak percaya semua kata-katanya semalam itu nyata atau tidak.

"Bisa kupinjam punya kamu, Sar?"

Sarah didepanku mengiyakan, berjalan dengan potongan roti yang masih dikunyahnya menuju kamar.

"Semua untukmu, aku kan udah sering bilang kalau mau menginap jangan sungkan. Aku punya lemari khusus kalau temanku tidur disini. Sayangnya temanku cuma kamu!"

Aku ngikutin Sarah, dia ambil satu stel seragamnya dari lemari. Cukup bagus dengan kondisi yang sudah disetrika.

"Kayaknya ini lebih pas di kamu deh. Lihat badanku udah agak gemukan sekarang!"

Senyumku tertarik tipis, aku gak mungkin merespon Sarah yang begitu baik dengan wajah datar ku. Dia bahkan nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Ayo siap-siap, aku tunggu di mobil ya Lea!"

Aku ambil seragamnya, bersiap buat memulai hari yang aku gak tahu akan seperti apa. Dan kalau dipikir lagi aku gak sendiri, semuanya ada di garis hidupnya masing-masing. Aku juga gak lihat orang tua Sarah, mereka yang selalu sibuk bekerja memilih membebaskan anaknya. Harusnya aku cukup bersyukur kan? Ayah ibuku setidaknya sudah mau mengurusku sampai kemarin pagi aku ngelihat mereka kasih senyumnya buatku, senyum yang kupikir gak ada batasnya, gak akan habis, aku terima. Mungkin nanti.

How Feels? || Choi Yeonjun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang