🌼
🌼
🌼
🌼
🌼
🌼
Happy Reading 😁
Yeonjun POV has started
"Yeon, pulang saja bagaimana?"
Aku, ah entahlah harus diberi respon seperti apa untuk manusia tidak tahu diri di sana. Baru terdengar suaranya sudah membawa masalah lagi.
"Pulang bagaimana? Rumahku disini sama mama!"
"Kerumahku tentunya, ayahku akan mengurus kewarganegaraan mu disini. Sekolah di Aussie bukankah bagus? Hidup baru dengan keluarga sebagai anak bukan alat tukar atau mesin pembalas budi."
Dia bicara penuh antusias, seolah tengah memutar skenario picisannya didalam kepala. Tentu sebagai sutradara muda banyak sekali imaginasi gilanya. Gila sampai yang dipikirkan nya masalah akan usai kalau dengan kata pergi.
"Apa? Berbahagialah dengan keluarga angkat mu kak. Aku gak tahu masih kamu sandang atau tidak nama belakang tuan terhormat itu atau malah sudah berganti? Aku masih punya hati untuk meninggalkan mama sendiri disini."
Terdengar helaan nafas, gayanya terlalu berlebihan. Padahal hidupnya disana tinggal mengikuti alur tanpa perlu perlawanan. Tapi sikapnya bak menjinjing setumpuk beban tak berkesudahan.
"Adik kecil yang malang, aku gak punya kata-kata motivasi buatmu. Aku sibuk, kalau perlu uang bilang ya? Kalau terjadi sesuatu kamu bisa putuskan kemari dan bawa mama akan kuurus tiketnya. Sampai jumpa Choi Yeonjun!"
Bukan pertama kalinya. Setelah setumpuk email kuterima berisikan pesan serupa untuk tinggal di Australia dengan mama.
"Aku pikirin lagi, Udah sana selesaikan saja garapan filmmu dan tugas akhir. Jangan buat keluarga mu kecewa kak!"
Pindah?
Kalau bukan karena mama yang bersikeras buat tinggal di rumah Tea mungkin kami sudah lama membuka lembaran baru dan benar-benar melupakan semuanya.
Ya, semuanya tanpa tersisa. Aku muak sekali dengan sosok tak punya hati itu. Kian hari melihatnya bersama keluarga barunya terus membuat dadaku sesak. Mamaku menderita karenanya, pria tua yang gila harta.
"Jun, Lea bawa mama jalan-jalan sore ya?"
Tadinya mataku baru saja memejam, hanya karena teriakannya yang keluar dalam satu tarikan nafas disana rasa kantukku hilang, bahkan yang sebelumnya lelah amat menyelimuti berganti menjadi energi baru.
Lea, gadis yang punya tempat tersendiri di hati dan pikiranku. Lama sekali dia mendiami ruang kecil yang kosong itu, aku sendiri tak ingat detail bagaimana perkenalan menyebalkan itu terjadi yang pasti karena patroli siswa membolos - dia menemukan ku di rooftop.
"Yeonjun, aku pergi!"
Dengan cepat aku bangkit, meraih kemeja yang tergantung dibelakang pintu lalu memakai nya. Aku rindu, rindu pekikan Lea yang belakangan tidak terdengar, sejak sore dimana aku bertemu dengannya dalam keadaan buruk. Kaki luka dan memar di pipi, membuat setumpuk pertanyaan dikepalaku tersusun satu, siapa yang tega melakukannya?
"Lea, dengan saya!"
Huh, kami terlalu canggung. Terkadang sadar atau tidak mengganti subjek panggilan diri. Itu buat jarak yang kami punya seolah sangat jauh. Tapi menjadi lebih nyaman - menurut ku
KAMU SEDANG MEMBACA
How Feels? || Choi Yeonjun ✓
Teen Fiction[REVISI] "Keparat, setan alas!" Lea mungkin bisa sekali dua kali menoleransi seseorang dengan kadar menyebalkan selayaknya. Tapi tidak untuk Yeonjun, Masa SMA nya jadi terasa penuh emosi setiap kali Yeonjun membuat ulah. "Diem gak!" "Aku cuma berna...