🌼
🌼
🌼
🌼
🌼
🌼
Happy Reading 😁
Sejak hari dimana aku ngomong ke Ansel kalau aku mau dia pergi dari hidupku dia belum kelihatan lagi batang hidungnya. Aku juga bilang kalau dia gak boleh nunjukin jati dirinya didepan temanku - Sarah.
"Punya adik tiri itu aib buatku!"
Setelah itu dia pergi, dengan pasang wajah super datarnya.
Itu terdengar kelewatan? Tidak kalau menurutku, karena memang sejatinya dia bukan orang yang diharapkan.
Aku siap-siap pergi ke sekolah. Semenjak gak ada hubungan pertemanan apapun lagi sama Yeonjun aku tinggal di ruangan yang ada di toko. Ada satu kamar yang biasanya ibu pakai kalau lagi gak dirumah, bukan ruangan luas tapi cukup buat satu single bed di taruh disini. Untuk kamar kecil toko ini juga punya, cuma kalau aku ingin mandi harus lebih pagi atau lebih sore tunggu toko tutup - tidak enak dengan pegawai lain.
"White Teddy!"
Tiba-tiba aku ngerasa kangen sama boneka beruang besar itu, Entahlah kamar ku disana mungkin udah jadi kamarnya Ansel sialan itu. Aku juga gak bisa jamin sisa bajuku masih baik-baik aja di lemari.
Aku buru-buru turun, udah selesai dan tinggal nunggu mbak Tiara - pegawai ibu.
Dulu sekali saat mau berangkat sekolah ibu pasti nyambut aku, siapin omelette dan roti panggang juga susu hangat. Lebih lagi kalau aku mau ulangan, ibu pasti bawain aku satu kotak jus jeruk kesukaan ku. Minuman yang gak pernah ketinggalan buat dibeli kalau kami lagi pergi ke supermarket atau belanja bulanan bareng ayah di mall.
Sekarang aku cuma bisa senyum kecut, menenggak sendiri kenangan lama yang terasa semakin pahit saja ketika diselami.
Tok! Tok! Tok!
Pintu kaca toko di ketuk kuat, aku langsung jalan kearah suara buat bukain pintunya. Sambil nyeka air mata ku yang gak tahu dari kapan jatuh.
"Mbak Tiara, kuncinya ada di dalam nakas ya!"
Aku gak dengar sahutan dari lawan bicaraku, mungkin saja orangnya sedang mengalami Monday blues jadi sedikit bad mood. Aku paham, langsung buka pintunya lebih lebar dan keluar dari toko, mataku perih sekarang karena terlalu banyak kuusap.
"Lea!"
Yeonjun?
Bukankah terlalu pagi buat berhalusinasi? Aku belum lihat orang dibelakang ku, tapi tanganku mendadak ditarik. Aku merasa hangat tidak seperti sebelumnya.
"Duh, mataku. Kamu siapa sih?" tanyaku, aku belum tahu apa yang terjadi saat ini. Hanya saja aku jadi ingat seseorang kalau nyium aroma parfum vanilla ini.
Nama yang diawal dia buka suara tadi ada dipikiran ku - itu jelas gak mungkin.
Tadinya aku merasa lenganku didekap erat, aku dorong sosok didepanku dengan kasar. "Jangan kurang ajar ya, manfaatin situasi banget sih."
Aku gak berhenti buat gosok mataku. Benar-benar perih sekali, dilema pagi yang cuma mau nostalgia tapi malah kelilipan.
"Saya Yeonjun, ya'!"
Otakku belum bisa mencerna jelas apa yang orang ini bicarakan. Aku merasa kakiku sedikit gemetar aja dan juga detak jantungku jadi lebih cepat.
Sesuatu nyentuh mukaku, pipiku jadi lebih hangat. Tanganku ditarik buat lepas dari mataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Feels? || Choi Yeonjun ✓
Teen Fiction[REVISI] "Keparat, setan alas!" Lea mungkin bisa sekali dua kali menoleransi seseorang dengan kadar menyebalkan selayaknya. Tapi tidak untuk Yeonjun, Masa SMA nya jadi terasa penuh emosi setiap kali Yeonjun membuat ulah. "Diem gak!" "Aku cuma berna...