10.

4.8K 763 118
                                    

Vote dulu Hayyuk

===

nafasmu menderu karena emosi, kamu mengepalkan tanganmu erat dan langsung mematikan sambungan telfon itu.

sudah hampir 10 tahun kamu pisah rumah dengan orang tuamu. itu terjadi sejak kamu baru lulus sekolah menengah, dan tidak ingin terkekang oleh orang tuamu yang cukup strict.

karena itu kamu mulai kabur dari rumah, sebulan setelahnya orang tuamu baru bisa menemukan keberadaanmu. dan akhirnya dengan terpaksa mereka mengijinkanmu tinggal sendirian.

jadi intinya hubunganmu dan keluarga kecilmu sangat renggang. tak ada sedikitpun niatmu untuk kembali pulang, kecuali di hari libur. jikapun pulang pasti hanya sebentar.

kamu menghela nafas kasar, berusaha meredam emosi yang meluap. sebelum perasaan itu berubah menjadi stress dan pada akhirnya menyerang janinmu. tetapi sepertinya kamu tak diberi wajtu untuk menenangkan diri, karena tiba-tiba seseorang menekan bel rumahmu dengan kasar.

"apa yang-"


"ah.. dia sudah keluar"

"ngapain datang kesini?!" kamu menatap sang pelaku yaitu, ran. dengan tatapan tajam dan tidak suka. ran hanya menampilkan senyumannya, yang menawan tapi begitu menyebalkan di matamu.

"tentu saja bertemu calon istriku."

"gak akan pernah." ucapmu galak, dengan nada penuh penekanan.

"hm.. benarkah?" ran hendak melangkah masuk ke apartemenmu,  dengan segera kamu hendak menutup pintu.

tapi dengan cepat ran menahannya dengan kasar, hingga membuat pintu itu terbuka lebar serta tubuhmu yang termundur ke belakang.

"aku sudah membayarmu, dengan ini." ran menunjukan lebam di pipinya, serta sudut bibir yang sedikit terobek. sudah pasti di hajar oleh ayahmu.

"aku sudah meminta restu orang tuamu, dan mereka mengijinkanku menikahi anak perempuannya yang manis" ran mengusap lembut pipimu, dan langsung kamu tepis.

"gue gak mau sialan!" kamu langsung mendorong bahu ran agar menjauh darimu. tetapi pukulan kecilmu bahkan tidak menimbulkan efek apapum bagi ran.

berkali-kali kamu memukul ran sambil meluapkan emosimu. sementara ran menatapmu dengan tatapan merendahkan, tak berniat sedikitpun untuk menghentikan aksimu yang terus memukulinya.

"minggir! pergi dari sini!"
"sialan pergi dari hadapanku!"
"ini bukan anakmu!"

"RAN PERGI!!" dan terakhir kamu berteriak sangat kencang dan nyaring. tidak peduli jika tetangga mungkin akan marah karena aksimu itu. ran masih tak bergeming sedikitpun, hingga..

"aww-" kamu meringis kesakitan sambil memegangi perutmu. kakimu gemetar hingga akhirnya kamu terjatuh berlutut di depan ran.

"(n-name)?" ran terdiam sesaat, saat melihatmu tersungkur di hadapannya.

"sakitt" kamu semakin meringis kesakitan, tapi kamu tetap berusaha bangkit. keinginanmu untuk mengusir ran, jauh lebih besar dari apapun. kamu berdiri hendak mendorong ran agar keluar dari wilayah apartemenmu.

"(name) kamu berdarah!" ran terkejut kala darah segar merembes dari celana pendek yang kamu gunakan. setelah itu kamu jatuh pingsan di hadapan ran.

===



"haa-h" ran menghela nafas kasar sambil menunggu kabarmu di ruang inap. entah apa yang ran pikirkan, yang pasti jika ayahmu tau kamu pingsan dan keguguran karenanya. dipastikan ran hanya tinggal nama.

"anda- suaminya pasien (fullname)?" ran langsung berdiri saat melihat dokter keluar dari ruang inapmu.

"ya, saya suaminya. jadi gimana, dok?" tanya ran to the point.

"istri dan calon anak anda baik-baik saja, hanya jangan sering-sering buat istri anda kelelahan dan stress. karena tubuh istri anda lemah." ucap dokter itu lalu pamit undur diri.

ran menghela nafas kasar, lalu mulai memasuki ruang inapmu. ran mengambil duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya. tiba-tiba saja ponsel milik ran berbunyi.

panggilan dari mama (name) 📞


'TBC.'
update tiap hari. g?
Di draftku (name) udah lahiran wkwkwk

El.egi (Haitani Ran x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang