009

356 52 15
                                    

Malem Fren
Kalo mau mutualan sama akun rp Jingga yukk ke twitter,
Usernamenya @JinggaPrakasa
Ukay

Yukk lanjut Jingga & Marcel
_Selamat membaca_

_____________________________________

"Jingga bilang"

"Jaman sekarang susah nyari cewek yang sayang apa adanya"

"IYA LAH GILIRAN DAPET MALAH LO SELINGKUHIN"

_______________________________________

Jingga tertidur setelah beberapa saat meminum obat yang diberikan Cece. Sejujurnya obat itu tidak di anjurkan untuk di konsumsi secara bebas. Harus berdasarkan anjuran dan dosis yang di berikan dokter.

Apalagi Jingga dalam pengaruh alkohol.

Cece merasa tak mempunyai pilihan lain, membuat Jingga sedikit tenang adalah jalan terbaik agar cowok itu tidak bertindak jauh.

Cece memendarkan pandangannya keluar jendela, sengaja di buka lebar-lebar karena dia merokok. Kost yang di huninya lebih terlihat seperti mini apartemen, karena di dalamnya memiliki beberapa ruangan. Terlalu mewah jika di bilang sebuah kost.

Malam kian larut, sudah pukul 2 pagi. Mata gadis itu sepertinya belum ingin tidur. Sebatang rokok terselip di antara jari telunjuk dan jari tengahnya.

Sesekali Cece mengepulkan karbon dari benda yang di hisapnya.

Cece larut dalam pikirannya sendiri tanpa sadar bahwa seseorang yang saat ini berada dalam kost nya telah berada di belakangnya. Menatapnya sarat makna.

Jingga perlahan melangkah mendekat pada presensi gadis penolongnya.

"Ngerokok nggak ngajak gue—".

Sontak Cece terperanjat kala suara itu menyentuh rungunya. Cece sempat lupa jika ada seorang pria di dalam kost nya, sejujurnya dia tidak terbiasa akan situasi ini. Karena ini pertama kalinya gadis itu membawa seorang pria ke dalam kamarnya.

"Anjing— Gue kira lo setan bangke".

Hanya seulas senyum yang terbit dari bibir Jingga. Senyum segaris nyaris tidak kentara. Jelas sekali bahwa dia sedang tidak baik-baik saja.

"Kok lo bangun?". Cece menghisap rokoknya terakhir kali sebelum meletakkan benda itu ke asbak lalu memperbaiki posisi duduknya.

"Lah lo sendiri masih bangun?". Jawab Jingga datar lalu mendaratkan tubuhnya di samping Cece. Jingga memindai seluruh ruangan di dalam kost Cece, cukup takjub karena begitu elit dan berkelas.

"Btw kost an lo keren banget dah".

Hening.

Mata keduanya hanya melemparkan pandangan ke arah masing-masing. Bahkan di keremangan malam, gadis itu dapat menangkap betapa keruhnya perasaan Jingga. Mata itu begitu sayu dan bengkak. Tak tampak hidup sama sekali.

Jingga menelan ludahnya gusar.

"Lo sendiri kok belum tidur Cel?". Tanya Jingga lagi.

Gadis itu mengerjab beberapa saat sebelum menjawab ucapan Jingga. Masih betah menatap sepasang netra milik Jingga. Entah kenapa rasanya batin mereka mulai terikat satu-sama lain.

"Insomnia— Lagian juga ranjangnya di pake sama lo buat tidur".

"Lo bisa tidur di samping gue, atau di pelukan gue".

JINGGA & MARCELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang