039

251 40 2
                                    

Share cerita ini ke sosial media kalian ya fren, kenalin ke orang-orang kalau ada cowok brengsek yang bingung.

Iya bingung kenapa bisa brengsek

Jangan lupa vote dan comment juga

Selamat membaca

*
*

"Emang tadi lo mimpi apaan?"

Jingga tampak berfikir sejenak sambil menggaruk bokongnya. Mungkin kesadarannya belum sepenuhnya pulih, atau bisa jadi pukulan agus semalam membuat saraf diotaknya mengalami penurunan fungsi.

Ponsel Jingga di atas meja berbunyi, banyak notifikasi yang masuk. Buru-buru ia buka sosial medianya. Jadi seperti ini dia setiap kali ulang tahun.

Ucapan selamat dan doa yang dia terima memang tidak sebanyak selebriti, hanya beberapa yang dia kenal saja. Lumayan banyak juga sih.

Anehnya tidak ada satupun dari anak kontrakan. Ah, mungkin saja akan ada prank untuknya. Jingga berharap begitu, semoga memang begitu.

Cece mengunyah lagi karena diabaikan, dia memutuskan menyudahi suapan terakhirnya pada sarapan pagi menjelang siang ini.

"Masakan bunda enak". Katanya . Kalau diperhatikan, Cece memang makan cukup banyak.

Bunda tersenyum mendengarnya.

"Emang". Celetuk Jingga, matanya masih terfokus pada layar ponselnya.

Setelah Cece menimum setengah gelas jus mangganya, Jingga mengangkat pandangannya sejajar Cece. "Tadi nanya apa sayang?". Tanya Jingga.

Marcelyne tersedak mendengar pertanyaannya.

Bunda yang panik karena batuk Cece tak kunjung reda, mengulurkan segelas air untuk diminum. Sedangkan Jingga hanya menyuguhkan tatapan datar dan wajah tak berdosa.

Jingga mengerjab-ngerjabkan matanya sambil meminum air dingin di dalam gelasnya, membuat Cece nyaris mengangkat tangan untuk memukul kepalanya.

"Abang suka banget godain orang deh, kebiasaan".

"Abang kan cuma mau nanya aja, tadi Marcel ngomong abang nggak denger". Jawabnya sambil menyeringai. "Tadi nanya apa Cel?". Jingga memperbaiki kalimatnya.

Butuh tiga puluh detik untuk Cece merenung. Sehubung Jingga orangnya tidak sabaran, dia memanggil Cece sekali lagi.

"Sayang". Katanya.

"Tadi mimpi apa?". Tanya gadis itu.

"Mimpi kak Bima ngejar gue sambil kayang". Jawabnya asal. "Makanya pas bangun gue keringetan, soalnya gue panik pas lari tapi semuanya slow motion. Udahlah mukanya serem banget lagi".

Bunda tertawa, lalu berdiri mengambil kue ulang tahun Jingga di dalam kulkas.

"Gila lo gue rasa". Jawab Cece.

"Beneran sayang, nggak bohong. Bun masak Marcel nggak percaya sih?". Jingga memasang mimik manyun.

Bunda tidak berhenti tertawa sejak Jingga asal bicara tadi. Disini jelas sekali bahwa fitur wajahnya mirip Jingga sekali. Wanita paruh baya yang berhati hangat ini membuat Cece betah berlama-lama menghabiskan waktu dirumah ini.

"Kamu kan suka asal ngomong". Celetuk bunda. "Dulu abang juga pernah cerita sama bunda kalau abang mimpi Agus punya kakak, padahal Agus kan anak pertama".

"Itu karena si Agus bercita-cita punya kakak, makanya abang wujudkan dalam mimpi. Hebatkan gue Cel".

Kali ini Cece tidak bisa menahan tawanya. "So freak". Ujarnya disela tawa.

JINGGA & MARCELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang