027

268 42 13
                                    

VOTE YA BESTIE
MAAF LAMA GAADA KABAR :'(
I MISS YOU

INI CERITA JINGGA
_HAPPY READING SEMOGA UDIN_

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Kalau nggak bisa jadi cintanya, setidaknya gue jadi pelampiasannya

_Marcelyne_
____________________________



"Proses diagnosis gangguan jiwa harus mengikuti prosedur klinis, seperti yang saya lakukan dalam praktek kedokteran klinis. Ada nggak yang bisa jelasin, prosedurnya apa aja?".

Hening.

Pikiran Cece bercabang.

Sejak awal mula pertemuan kuliah online di larut malam ini, pikirannya hanya tertuju pada Jingga.

Sekarang pukul 10 malam, semua hal ada dalam pertimbangannya.

"Celyne".

Meskipun begitu, Cece masih bisa mengimbangi materi yang tengah mereka pelajari. Cece tersenyum ke arah layar, dan mengangguk.

"Ini basic, saya sudah sering jelaskan di awal semester dulu". Lanjut wanita paruh baya yang mengisi materi ajar malam ini.

"Langkah-langkahnya di mulai dari anamnesi ibu, selanjutnya pemeriksaan seperti radiologik, status mentalis, uji lab dan lainnya. Baru setelah hasilnya keluar di lakukan tindakan terapi dan terakhir tindak lanjut, meliputi evaluasi terapi".

Materi yang paling di sukainya, karena membahas tentang gangguan dasar kejiwaan.

Cece mulai teringat lagi dengan Jingga, ingatannya memutar ulang pertemuan awal mereka beberapa bulan lalu.

Kemudian ponselnya berdering, ditatapnya lama. Nama Jingga disana. Pada dasarnya, tidak ada kebencian di dalam hati Cece akan Jingga.

Hanya saja terkadang benar-benar sakit yang ia rasakan ketika Jingga membahas tentang seseorang yang lain selain dirinya.

"Maaf ibu, saya izin off cam sebentar". Lanjutnya.

Wanita paruh baya itu dilihatnya hanya melempar senyum singkat dan mengangguk.

Cece memastikan kembali siapa yang berada di balik panggilan barusan. Baru kemudian membuang napas berat dan menerimanya.

"Halo".

"Nad, lo dimana?".

"Nad siapa?".

"Lah, malah nanya. Lo lah anjir— Nadia, siapa lagi coba Nad?".

"Gue bukan Nadia".

"Jadi lo siapa? Enggak anjir, lo nadia". Timpal Jingga ngotot.

Cece memutus panggilannya sepihak.

Sejenak di aturnya lagi napasnya yang sempat sesak saat satu nama wanita lain lagi hadir diantara hubungannya. Kuat Cece gigit bibir bagian bawahnya, namun sesak bagian dadanya kian menyiksa.

Nama Nadia mengingatkan Cece pada pertemuan keduanya dengan Jingga. Di pasar Senen, Jingga terlibat perkelahian dengan beberapa pria dan menyebut nama Nadia.

Ada air yang tidak sengaja tumpah dari sudut matanya. Suara Jingga bising di telinganya. Dengan gerak kasar di sekanya lelehan air mata yang jatuh di pipinya.

Jika ada satu hal yang ingin dia lakukannya saat ini, itu adalah menghilang dari dunia ini. Atau setidaknya menukar raganya dengan seseorang yang lain. Rania contohnya.

JINGGA & MARCELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang