043

227 32 7
                                    

Hi, lama nggak ketemu. Selamat lebaran minal aidin walfaidzin ya sobbb

Jangan lupa kasih bintang dan komen ya bestiee

Happy reading

*******************************

"Dia satu-satunya alasan bunda bertahan sampai sekarang. Dia satu-satunya alasan kenapa bunda bisa sekuat ini menghadapi kehidupan". Pelupuk bunda mulai berair.

"Pernah suatu ketika bunda menemukan Jingga dengan banyak darah yang mengalir di sisi kanan perutnya dulu. Bunda sampai kelabakan ngeliat putra semata wayang sekaligus putra yang selalu bunda elu-elukan akan bawa bunda nanti menuju surga lemas nggak punya daya".

"Karena apa bun?".

"Nggak sengaja ketusuk pisau waktu bunda sama ayahnya berantem. Dia kaget banget saat ayahnya arahin pisau ke bunda, jadi dia yang ngehalangin itu. Makanya dia yang kena".

Cece meremat kuat jemarinya dengan mata yang tak lepas dari sosok Jingga didepannya.

Cece diam menunggu bunda melanjutkan ceritanya dengan pendar mata teduh yang gadis itu punya. Didalam sana, perasaannya kalang kabut lantaran Jingga yang masih belum menunjukkan pertanda akan bangun.

Hari ini hatinya semakin bergetar, dan seterusnya perasaan itu akan selalu sama. Entah itu getaran sengsara ataupun bahagia, entah itu karena kecewa ataupun cinta, namun pastinya dirinya akan terus merasakan getar itu.

Bagaimana kalau semuanya tidak berjalan baik-baik saja?

Jingga Prakasa. Bagaimana?

Namun ketika bunda urung berbicara, gadis itu memanggilnya lirih. "Bunda".

"Emm?".

"Bunda nyesel nggak pernah menikah sama ayahnya Jingga?".

Bunda diam sejenak dalam beberapa detik. "Hhmm, enggak". Jawabnya.

"Meski waktu bisa diulang dan bunda tau kalau akhinya bakal kayak gini, bunda tetep mau menikah sama ayahnya Jingga". Tutur bunda berterus terang sehingga Cece menoleh kearah bunda bingung. "Kalau bukan karena pernikahan itu, bunda nggak bakal bisa punya dia".

Marcelyne setuju. Kalau bukan karena pernikahan itu tidak akan ada Jingga yang suka caper.

"Tuh liat, lagi tidur gini dia lucu banget kan? Ulang tahun dia tahun lalu kan dirayain dirumah tuh, semua anak kontrakan hadir. Seru banget rame, saat itu Joko bilang kalau bibir Jingga itu kayak ampela ayam. Dia nya malah kesel trus mereka kejar kejaran mondar mandir kayak setrikaan". Bunda jadi tersenyum sumir mengingat kejadian itu.

Itu setahun lalu.

Cece kembali manatap wajah Jingga sambil mengambil ancang-ancang untuk mengelap keringat sebesar biji jagung di dahi lelaki itu. "Bunda, kalau anaknya aku keep selamanya boleh nggak?".

Bunda tergelak. "Kamu mau sama dia?". Tanya bunda dalam gurauan. Lalu Cece dengan mudah mengangguk tanpa pikir panjang.

"Jingga itu nakal banget loh. Kamu mau denger nggak?". Bunda menyandarkan punggungnya di sofa dan mencari posisi paling santai untuk memulai ceritanya. Dengan senang hati Cece menunggu hal itu.

"Banyak banget catatan pelanggaran yang dia buat dulu waktu SMA, partnernya Agus soalnya Kevin beda sekolah. Mulai dari pecahin kaca jendela mushola sekolah, kabur waktu razia rambut sampai dikejar-kejar guru, ngerokok di sekolah, tawuran sampai berantem sama guru karena dia pencet bel pulang sebelum jam pulang sekolah".

JINGGA & MARCELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang